Makalah
Pendidikan
Berkarakter dalam Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan telah termuat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia Terlihat dengan jelas GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan yaitu: meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga pendidikan; memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung sarana dan prasarana memadai.
Sementara itu, UU 20
2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berangkat dari hal
tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana,
kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan
budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun,
sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua
lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk
mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis
melalui pendidikan karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa
di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang
berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri
sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa
diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran Pkn, mata pelajaran aama dan
mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
Menyikapi hal tersebut
diatas, penulis lebih memilih pada pendapat yang ketiga. Untuk itu dalam
makalah ini penulis mengambil judul “Menjawab Pendidikan Karakter Bangsa
Melalui Implementasi Keterpaduan Pembelajaran”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terurai diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Pendidikan Karakter Bangsa dapat terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran?
2 Bagaimanakah cara mengimplementasikan Pendidikan Karakter Bangsa terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran ?
3. Bagaimanakah proses pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa ?
Berdasarkan permasalahan yang terurai diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Pendidikan Karakter Bangsa dapat terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran?
2 Bagaimanakah cara mengimplementasikan Pendidikan Karakter Bangsa terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran ?
3. Bagaimanakah proses pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa ?
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini akan mengurai upaya sekolah mengembangkan Pendidikan Karakter Bangsa dengan mengkritisi implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dalam keterpaduan pembelajaran. Kupasan selengkapnya mencakup rasionalisasi keterpaduan, bentuk-bentuk pembelajaran terpadu, skenario penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam keterpaduan pembelajaran
Ruang lingkup dalam makalah ini akan mengurai upaya sekolah mengembangkan Pendidikan Karakter Bangsa dengan mengkritisi implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dalam keterpaduan pembelajaran. Kupasan selengkapnya mencakup rasionalisasi keterpaduan, bentuk-bentuk pembelajaran terpadu, skenario penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam keterpaduan pembelajaran
BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Rasionalisasi Keterpaduan
2.1 Rasionalisasi Keterpaduan
Pendidikan ke arah
terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan tanggungjawab semua guru.
Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh semua guru. Dengan demikian,
kurang tepat jika dikatakan bahwa mendidik para siswa agar memiliki karakter
bangsa hanya ditimpahkan pada guru mata pelajaran tertentu, semisal guru PKn
atau guru pendidikan agama. Walaupun dapat dipahami bahwa porsi yang dominan
untuk mengajarkan pendidikan karakter bangsa adalah para guru yang relevan
dengan pendidikan karakter bangsa.
Tanpa terkecuali,
semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi
para siswanya. Sebab tidak akan memiliki makna apapun bila seorang guru PKn
mengajarkan menyelesaikan suatu masalah yang bertentangan dengan cara
demokrasi, sementara guru lain dengan cara otoriter. Atau seorang guru
pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar
yaitu dengan memberikan contoh perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru
lain hanya mengatakan asal-asalan dalam menjawab
Sesungguhnya setiap
guru yang mengajar haruslah sesuai dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh
pendidikan jauh lebih luas dari misi pengajaran yang dikemas dalam Kompetensi
Dasar (KD). Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan behaviorisme dan
menghafal saja sudah tidak dapat dipertahankan lagi Para guru harus dapat
membuka diri dalam mengembangkan pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua
kualitas manusia dapat dinyatakan terukur berdasarkan hafalan tertentu. Oleh
karena itu, menurut (Hasan, 2000) pemaksaan suatu pengembangan tujuan didalam
kompetensi dasar tidak dapat dipertahankan lagi bila hanya mengacu pada hafalan
semata.
Hasil belajar atau
pengalaman belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat berdampak langsung dan
tidak langsung. Menurut (Joni, 1996) mengatakan Dampak langsung pengajaran
dinamakan dampak instruksional (instrucional effects) sedangkan dampak tidak
langsung dari keterlibatan para siswa dalam berbagai kegiatan belajar yang khas
yang dirancang oleh guru yang disebut dampak pengiring (nurturant effects)
Berikut ini penulis berikan sebuah contoh pembelajaran utuh yang disiapkan
seorang guru melalui RPP yang berkarakter.
RPP
Mata Pelajaran :
bahasa indonesia
Tema : Lingkungan
Anak Tema : Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan
Tema : Lingkungan
Anak Tema : Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan
– Mengomentari
tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan
– Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami
– Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami
Kelas/Semester : IV/1
Waktu : 2 X 35 menit
Dampak Instruksional
Waktu : 2 X 35 menit
Dampak Instruksional
Melalui pengamatan,
tanya jawab, latihan, dan penjelasan guru tentang “membuat surat sederhana
kepada seorang teman” para siswa diharapkan dapat:
– Siswa dapat menjelaskan petunjuk membuat alat pengukur debu
– Siswa dapat membuat pertanyaan tentang cara menggunakan
– Siswa dapat menyebutkan nama dan sifat tokoh dalam cerita binatang
– Siswa dapat memberikan tanggapan dan alasan tentang tokoh cerita binatang
– Siswa dapat menceritakan peristiwa alam melalui pengamatan gambar
– Siswa dapat menjelaskan petunjuk membuat alat pengukur debu
– Siswa dapat membuat pertanyaan tentang cara menggunakan
– Siswa dapat menyebutkan nama dan sifat tokoh dalam cerita binatang
– Siswa dapat memberikan tanggapan dan alasan tentang tokoh cerita binatang
– Siswa dapat menceritakan peristiwa alam melalui pengamatan gambar
Dampak Pengiring
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa diharapkan secara berangsur-angsur dapat mengembangkan karakter
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, siswa diharapkan secara berangsur-angsur dapat mengembangkan karakter
Disiplin ( Discipline
)
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )
Dari contoh di atas
dapat disimak bahwa tujuan utuh dari pengalaman belajar harus dapat menampilkan
dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak pengiring adalah pendidikan
karakter bangsa yang harus dikembangkan, tidak dapat dicapai secara langsung,
baru dapat tercapai setelah beberapa kegiatan belajar berlangsung. Dalam
penilaian hasil belajar, semua guru akan dan seharusnya mengukur kemampuan
siswa dalam semua ranah (Waridjan, 1991). Dengan penilaian seperti itu maka
akan tergambar sosok utuh siswa sebenarnya. Artinya, dalam menentukan
keberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai ranah seperti pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotor). Seorang siswa yang
menempuh ujianMatematika secara tertulis, sebenarnya siswa tersebut dinilai kemampuan
penalarannya yaitu kemampuan mengerjakan soal-soal Matematika. Juga dinilai kemampuan pendidikan karakter bangsanya yaitu
kemampuan melakukan kejujuran dengan tidak menyontek dan bertanya kepada teman
dan hal ini disikapi karena perbuatan-perbuatan tersebut tidak baik. Di samping
itu, ia dinilai kemampuan gerak-geriknya, yaitu kemampuan mengerjakan soal-soal
ujian dengan tulisan yang teratur, rapi, dan mudah dibaca (Waridjan, 1991).
Selain penilaian dilakukan
terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru
memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja
tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran
tertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan,
selalu usil, dan suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa
itu berhasil baik tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan
yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila pada setiap mata
pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua
ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor; dampak instruksional; dan dampak pengiring. Dengan
demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu
mata pelajaran secara absah, tanpa ragu, dan dapat dipertangungjawabkan.
Berdasarkan pada
pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat dimengerti bahwa
pendidikan karakter bangsa menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya dengan
semua mata pelajaran. Pendidikan karakter bangsa diintegrasikan ke dalam semua
mata pelajaran, dengan demikian akan menghindarkan adanya “mata pelajaran baru,
alat kepentingan politik, dan pelajaran hafalan yang membosankan.”
2.2. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter
Menurut Cohen dalam
Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang
berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan
progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu
(integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum
terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran
melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan
tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas
pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai
dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan
belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada
tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center
core/center of interst).
Lebih lanjut,
model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi,
seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut.
(1) Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari suatu mata pelajaran
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari suatu mata pelajaran
(2) Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran dihubungkan secara tegas
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran dihubungkan secara tegas
(3) Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus) dari setiap mata pelajaran.
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus) dari setiap mata pelajaran.
(4) Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang berbeda.
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang berbeda.
(5) Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.
(6) Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
(7) Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
(8) Integrasi
Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
(9) Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
(10) Jaringan
Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang berkaitan dengan lapangan
Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang berkaitan dengan lapangan
2.3. Pendidikan Karakter Bangsa dalam Keterpaduan Pembelajaran
Pendidikan karakter bangsa dalam keterpaduan pembelajaran dengan semua mata pelajaran sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing siswa Variasi belajar itu dapat berupa membaca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan percobaan, mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun individual.
Pendidikan karakter bangsa dalam keterpaduan pembelajaran dengan semua mata pelajaran sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing siswa Variasi belajar itu dapat berupa membaca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan percobaan, mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun individual.
Terselenggaranya
variasi modus belajar para siswa perlu ditunjang oleh variasi modus penyampaian
pelajaran oleh para guru. Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan
pendekatan ekspositorik hendaknya dikembangkan kepada pendekatan yang lebih
beragam seperti diskoveri dan inkuiri. Kegiatan penyampaian informasi,
pemantapan konsep, pengungkapan pengalaman para siswa melalui monolog oleh guru
perlu diganti dengan modus penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para
siswa baik secara intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati
kemanfaatannya) sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh
pendidikan. Dengan bekal varisai modus pembelajaran tersebut, maka skenario
pembelajaran yang di dalamnya terkait pendidikan karakter bangsa seperti contoh
berikut ini dapat dilaksanakan lebih bermakna.
Penempatan Pendidikan
karakter bangsa diintegrasikan dengan semua mata pelajaran tidak berarti tidak
memiliki konsekuensi. Oleh karena itu, perlu ada komitmen untuk disepakati dan
disikapi dengan saksama sebagai kosekuensi logisnya. Komitmen tersebut antara
lain sebagai berikut. Pendidikan karakter bangsa (sebagai bagian dari
kurikulum) yang terintegrasikan dalam semua mata pelajaran, dalam proses
pengembangannya haruslah mencakupi tiga dimensi yaitu kurikulum sebagai ide,
kurikulum sebagai dokumen, dan kurikulum sebagai proses (Hasan, 2000) terhadap
semua mata pelajaran yang dimuati pendidikan karakter bangsa. Lebih lanjut,
Hasan (2000) mengurai bahwa pengembangan ide berkenaan dengan folisifi kurikulum,
model kurikulum, pendekatan dan teori belajar, pendekatan atau model evaluasi.
Pengembangan dokumen berkaitan dengan keputusan tentang informasi dan jenis
dokumen yang akan dihasilkan, bentuk/format Silabus, dan komponen kurikulum
yang harus dikembangkan. Sementara itu, pengembangan proses berkenaan dengan
pengembangan pada tataran empirik seperti RPP, proses belajar di kelas, dan
evaluasi yang sesuai. Agar pengembangan proses ini merupakan kelanjutan dari
pengembangan ide dan dokumen haruslah didahului oleh sebuah proses sosialisasi
oleh orang-orang yang terlibat dalam kedua proses, atau paling tidak pada
proses pengembangan kurikulum sebagai dokumen.
Dalam pembelajaran
terpadu agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai harapan ada persyaratan
yang harus dimiliki yaitu (a) kejelian profesional para guru dalam
mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus
dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan koseptual
intra atau antarmata bidang studi dan (b) penguasaan material terhadap
bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan (Joni, 1996). Berkaitan dengan
Pendidikan karakter bangsa sebagai pembelajaran yang terpadu dengan semua mata
pelajaran arahan pengait yang dimaksudkan dapat berupa pertanyaan yang harus dijawab
atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa yang mengarah kepada
perkembangan pendidikan karakter bangsa dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan landasan
teori dan pembahasan yang terurai ditas maka dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Cukup beralasan
bila Pendidikan karakter bangsa dalam pembelajarannya diintegrasikan ke dalam
semua mata pelajaran. Alasan-alasan itu adalah karena meningkatkan akhlak luhur
para siswa adalah tanggung jawab semua guru, semua guru harus menjadi teladan
yang berwibawa, tujuan utuh pendidikan adalah membentuk sosok siswa secara
utuh, pencapaian pendidikan harus mencakupi dampak instruksional dan dampak
pengiring.
2. Implementasi
Pendidikan karakter bangsa terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran,
pengembangannya lebih memadai pada model kurikulum terpadu dan pembelajaran
terpadu dengan menentukan center core pada mata pelajaran yang akan
dibelajarkan.
3. Proses pengembangan
Pendidikan karakter bangsa sebagai pembelajaran terpadu harus diproses seperti
kuriklum lainya yaitu sebagai ide, dokumen, dan proses; kejelian profesional
dan penguasaan materi; dukungan pendidikan luar sekolah; arahan spontan dan
penguatan segera; penilaian beragam; difusi, inovasi dan sosialisasi adalah
komitmen-komitmen yang harus diterima dan disikapi dalam pencanangan
pembelajaran terpadu Pendidikan karakter bangsa.
3.2 Saran-Saran
1. Keterpaduan
pendidikan karakter adalah kegiatan pendidikan. Pendidikan karakter diharapk
menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, simulasi, dan penampilan berbagai kegiatan
sekolah untuk itu guru diharapkan lebih aktif dalam pembelajarannya
2. Lingkungan sekolah yang positif membantu membangun karakter. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang positif.
3. Guru harus disiplin lebih dulu siswa pasti akan mengikuti disiplin
2. Lingkungan sekolah yang positif membantu membangun karakter. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang positif.
3. Guru harus disiplin lebih dulu siswa pasti akan mengikuti disiplin
No comments:
Post a Comment