MAKALAH
PENTINGNYA PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH DASAR UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI PENERUS BANGSA
YANG BERKARAKTER
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada saya
sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengantar Ilmu
Pendidikan ini.
Pada kesempatan ini,
saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
selalu memberi dukungan, mereka adalah :
1. Drs.
H. A. Zaenal Abidin, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam mengerjakan makalah ini.
2. Kedua
orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman
Rombel E yang telah memberikan dukungan serta bantuan.
4. Semua
pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Makalah
ini berisi penjelasan tentang Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
untuk Mewujudkan Generasi penerus Bangsa yang Berkarakter. Selain tentang teori
saya juga menampilkan contoh serta implikasinya dalam kehidupan sehari – hari.
Saya sadar bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal telah
saya lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan saya terima
dengan tangan terbuka. Saya berharap, semoga makalah ini memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
1 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................... .
i
KATA
PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan
Karakter.............................................................. 3
B. Pendidikan
Karakter di Sekolah
Dasar................................................... 4
1. Prinsip
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar................................. 5
2. Tujuan
Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar ................................ 5
3. Fungsi
Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar ................................. 6
4. Peran
Guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar............... 7
5. Dampak
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar............................... 9
C. Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter................................ 10
D. Pentingnya
Pendidikan
Karakter .......................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melihat pendidikan di
Indonesia saat ini, ternyata masih belum mendapat hasil yang sebenarnya di
inginkan. Buktinya dapat dilihat pada pola pikir anak yang lebih mengedepankan
menghafal dari pada memahami suatu materi pelajaran. Tak jarang pelajar lebih
mementingkan nilai dari pada ilmu pengetahuannya. Selain itu, Indonesia
juga sedang menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya
krisis multidimensi yang berkepanjangan. Masalah ini sebenarnya mengakar pada
menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek KKN,
konflik, meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, dan lain sebagainya.
Budaya-budaya tersebut adalah penyebab utama negara sulit untuk bangkit dari
krisis ini.
Dalam membentuk karakter
yang berkualitas perlu dibina sejak usia dini. Potensi karakter yang baik
sebenarnya telah dimiliki tiap manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi
tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak
usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak
usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak.
Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis.
Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin
kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Pendidikan merupakan
salah satu wadah dalam menunjang pembentukan karakter tiap
individu. Pendidikan karakter merupakan gerakan nasional untuk menciptakan
sekolah yang membina generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan
perduli melalui pemodelan dan mengajarkan karakter baik dengan penekanan pada
nilai universal yang disepakati bersama. Ini adalah suatu usaha yang disengaja
dan proaktif baik dari sekolah, daerah, dan juga negara untuk menanamkan
siswanya pada nilai etika utama.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian pendidikan karakter ?
2. Bagaimana
pendidikan karakter di sekolah dasar ?
3. Bagaimana
upaya-upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter ?
4. Apa
pentingnya pendidikan karakter di sekolah dasar?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Untuk
mengetahui pendidikan karakter di sekolah dasar
3. Untuk
mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter
4. Untuk
mengetahui pentingnya pendidikan karakter di sekolah dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter
merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter. Ki Hadjar
Dewantara dalam Kongres Taman Siswa (1930) mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Sedangkan pada Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan istilah
karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin yaitu “charakter”,
yang berarti : watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian
atau akhlak.Suyanto (2009) mendefinisikan
karakter sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter
adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai sehingga
terinternalisasi dalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam perilaku
dan sikap yang baik. Lickona T (2009) menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu,
pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
B. Pendidikan
Karakter di Sekolah Dasar
Banyak hal yang dapat
dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter
tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekkan.
Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tmenegakan
kedisiplinan. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah
tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam
contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan
kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, pendidikan
karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua kepentingan dalam
pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah, lingkungan sekolah, dan juga
masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah
membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai
terputus antara lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga, dan masyarakat.
Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara
lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan
demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan
pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian
didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat
proses pembentukan tersebut.
1. Prinsip
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Character Education
Quality Standards merekomendaikan sebelas prinsip untuk mewujudkan pendidikan
karakter yang efektif, sebagai berikut:
a. Mempromosikan
nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasikan
karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
c. Mengguanakan
pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
d. Menciptakan
komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
f. Memiliki
cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua
siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan
tumbuhnya motivasi diri para siswa.
h. Memfungsikan
seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk
pendidikan karakter yang setia kepada nilai dasar yang sama.
i. Adanya
pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif
pendidikan karakter.
j. Memfungsikan
keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi
karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.
2. Tujuan
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, seimbang, dan sesuai dengan standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya dalam
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Tujuan pendidikan
karakter menurut Puskur (2010) yaitu sebagai berikut :
1. Mengembangkan
potensi kalbu/nurani/ afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
3. Menanamkan
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa.
4. Mengembangkan
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan
kebangsaan.
5. Mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan.
Tujuan pendidikan
karakter secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter peserta
didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati
dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur
dari setiap butir sila pancasila. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pendidikan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.
3. Fungsi
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter
adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan
(kognitif), sikap dan perasaan (afektif), dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga
aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan
karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan maka seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih mudah dan
berhasil menghadapi segala macam tantangan hidup termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis.
Fungsi dari pendidikan
karakter dan budaya bangsa menurut Puskur (2010) adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan
yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang
berperilaku baik.
2. Perbaikan
yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
3. Penyaring
yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter budaya yang bermartabat.
Fungsi pendidikan
karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar berpikir
cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik,
yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
4. Peran
Guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Dalam pengembangan
karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai
pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola bagi
peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya.
Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa. Sehingga
ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian
guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang
berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Ada beberapa strategi
yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan
peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta
didik di sekolah, sebagai berikut :
a. Optimalisasi
peran guru dalam proses pembelajaran.
b. Integrasi
materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran.
c. Mengoptimalkan
kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak
mulia.
d. Penciptaan
lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter
peserta didik.
e. Menjalin
kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan
pendidikan karakter.
f. Menjadi
figur teladan bagi peserta didik.
Dalam uraian di atas
menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah
berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator,
dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka keteladanan seorang
guru merupakan faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter peserta
didik yang efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau idola yang ditiru
oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan potensinya. Peran
sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru harus mampu membangkitkan
semangat, etos kerja, dan potensi yang luar biasa pada diri peserta didik.
Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk
mendorong peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan,
kesabaran, cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan peran
guru sebagai evaluator, berarti setiap guru dituntut untuk mampu dan selalu
mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran yang dipakai
dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik, sehingga dapat diketahui
tingkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas programnya.
Guru harus memberikan
rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam menjalani
masa-masa belajarnya. Hal ini senada dengan pendapat Moh. Surya (1997) tentang
peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat di pandang dari segi
diri-pribadinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai :
a. Pekerja
sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Pelajar
dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus
untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
c. Orang
tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta
didik di sekolah.
d. model
keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para
peserta didik.
e. Pemberi
keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa
aman berada dalam didikan gurunya.
Dengan demikian
berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks sistem
pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pendidikan karakter peserta didik,
guru harus diposisikan atau memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya,
yaitu sebagai pengajar dan pendidik, yang berarti disamping mentransfer
ilmu pengetahuan, juga mendidik dan mengembangkan kepribadian peserta didik
melalui intraksi yang dilakukannya di kelas dan luar kelas.
5. Dampak
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter
adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,
tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan
pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan
karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah
bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Beberapa penelitian
bermunculan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh
sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education
Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin
Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menunjukan peningkatan
motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat
dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku
negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Sebuah buku yang
berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001)
mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan
emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet
faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko
yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada
karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul,
kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan
pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata
80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan
oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia
prasekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.
Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah
umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras,
perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Seiring sosialisasi
tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap
sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang
selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
C. Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter
Terlepas dari berbagai
kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, serta implementasi
pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat
dicapai dengan baik. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu
pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand
design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan
jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan
konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap
jalur dan jenjang pendidikan. Pengembangan dan implementasi pendidikan
karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan
sosial-kultural tersebut dikelompokan menjadi :
1. Olah
hati (spiritual and emotional development)
2. Olah
pikir (intellectual development)
3. Olah
raga dan kinestetik (physical and kinestetic development)
4. Olah
rasa dan karsa (affective and creativity development)
Menurut UU No 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa
jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan. Selama ini, pendidikan informal terutama
dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung
pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan
aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang
tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di
lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh
negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah
satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan
karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal
ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan
mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta
didik .
Pendidikan formal adalah
jalur pendidikan melalui bangku sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan karakter diantaranya : pendidikan karakter harus mengandung
nilai-nilai moral, pendidikan karakter juga harus melibatkan aspek moral knowing,
moral feeling, dan moral action, penerapan kurikulum pendidikan karakterpun
harus terlaksana, menerapkan konsep DAP (Developmentally Appropriate
Practices), menggunakan sistem pembelajaran terpadu yang berbasis karakter,
pendidikan karakter harus sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak, selain
itu juga perlunya kerjasama dengan orang tua murid (co-parenting).
D. Pentingnya Pendidikan
Karakter
Pendidikan karakter
dewasa ini sangat diperlukan dikarenakan saat ini bangsa Indonesia sedang
mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Karakter dalam hal ini adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, bepikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa
sejumlah nilai moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras, dan kreatif.
Pendidikan karakter di
nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan
karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai,
sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini.
Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang
harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia
kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas
(golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam
keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertum¬buhan karakter anak.
Setelah keluarga, di dunia pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran
wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah
generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak
yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di
kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses
tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara
leluasa.
Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Selain itu pendidikan
karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter berkewajiban
mempersiapkan generasi penerus yang berkarakter, serta sanggup menghadapi
tantangan zaman yang akan datang sesuai dengan moral dan norma yang berlaku.
Melalui program ini diharapkan lulusannya memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi
akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai
norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan
karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter
diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
generasi penerus yang berkarakter
Pendidikan karakter
sangat penting keberadaannya karena dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Bila pendidikan karakter telah mencapai
keberhasilan, maka akan terwujud generasi penerus bangsa yang
berkarakter dan tidak diragukan lagi masa depan bangsa Indonesia ini akan
mengalami perubahan menuju kejayaan.
B. Saran
1. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
2. Diharapkan
dengan diterapkannya pendidikan karakter di SD dapat membentuk pribadi siswa
yang unggul dalam berperilaku dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan
moral-moral pancasila dan agama.
3. Sebaiknya
semua guru diberikan pelatihan dan pembinaan dalam mengembangkan pendidikan
karakter di sekolah. Jika pemahaman guru akan konsep pendidikan karakter sudah
baik maka diharapkan guru dapat menentukan strategi dan kegiatan yang mampu
menumbuhkan nilai karakter dalam diri peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Megawangi, Ratna.
2004. Pendidikan Karakter. Jakarta : Indonesia Heritage Fondation.
Munib, Achmad. dkk.
2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : Pusat Pengembangan
MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.
Tirtarahardja, Umar.
dkk. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Maryuni. 2013. Pendidikan
Karakter di Sekolah Dasar, online(http://atariuz.blogspot.com/2013/03/pendidikan-karakter-di-sekolah-dasar.html). Diakses 14 November 2014.
No comments:
Post a Comment