Alur
(Plot)
Alur sering disebut juga dengan istilah jalan
cerita. Pengertian alur dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita
yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita
yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Tahapan Alur
1.
Pengenalan
Merupakan
tahap awal peristiwa yang memperkenalkan atau menceritakan tokoh, yang kemudian akan dihubungkan atau
dilanjutkan dengan tahap berikutnya sebelum masuk pada tahap konflik atau
tikaian. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Kadang Nur merasa bahwa alam
kenyataan ini telah benar-benar dipindah ke suatu alam lain, suatu alam di mana
kenangan akan keindahan masa kanak samar-samar dapat ditangkap kembali dalam
ingatan dan keindahan itu senantiasa tertinggal di belakang sana, tersembunyi
di atas selubung jingga, tak mengenal bosan membangkitkan bahagia sekaligus
merana di pucuk kesedihan. Seakan Nur terhisap dan kembali dalam kehampaan.
Tidak ! Aku mesti berlari sekencang zebra di padang sahara, seperti ikan arwana
merenangi kedalaman samudera. Tegas Nur melambung dalam hati. Senyam-senyum
seolah melihat wajah sendiri yang sumringah. Lalu mencium tangan Emaknya, dan
bergegas pergi menuju halte bus kota. (El Khalieqy, 2010 : 10)
Kutipan di atas menunjukan pengenalan, awal
cerita yang menunjukan Nur sedang teringat masa kecilnya kemudian Nur langsung
mencium tangan Emaknya untuk berpamitan berangkat.
2.
Konflik
atau Tikaian
Tahap
ini mulai muncul konflik-konflik kecil sebelum dilanjutkan ke tahap yang lebih
rumit, setelah sebelumnya diceritakan tahap pengenalan. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut.
“Karena memang belum bayar, apalagi
untuk menceritakan bahwa uang kuliah sudah naik. Sejenak Nur terdiam dan dengan
reflek menyodorkan pertanyaan yang sebenarnya kurang tepat, kurang menyenangkan
untuk didengar oleh Emaknya.
“Mak, kalo Nur kuliah sambil karja,
gimana ya ?”
Sekar menatap Nur tajam, dan sekilat itu
pula wajah keduanya saling berhadapan.
“Kerja itu kewajiban, Nur. Tapi bukan
sekarang. Mau kerja di mana, buat apa ?”
“Buat… ya buat dapet uang”
“Biar Emak yang kerja, kamu kuliah aja
!”
“Kan udah dewasa, Mak. Orang dewasa
wajib kerja, biar nanti ndak seperti apa itu…”
“Gak usah nglantur, Nur!” (El Khalieqy,
2010 : 27)
Kutipan di atas di atas menunjukan cerita yang
mulai sedikit ada konflik atau permasalahan. Nur ingin kuliah sambil kerja,
berbeda dengan keinginan Emaknya yang ingin anaknya kuliah saja karena Emaknya
masih mampu menbiaya.
3.
Komplikasi
atau Rumitan
Pada
tahap komplikasi, permasalahan dalam cerita ini mulai rumit. Ini dapat dilihat
dari kutipan berikut.
“Doa Emak juga
seperti itu, Nur. Tapi doa saja belum cukup dan Emak mesti bekerja keras...
berjuang terus agar engkau dapat sekolah tinggi. Tidak hanya bisa memasak dan
mencuci seperti Emakmu ini”. (El Khalieqy, 2010 : 8)
Kutipan di atas menunjukan kerumitan, bahwa
Emak akan berjuang dan berdoa supaya Nur dapat mendapatakan impian yg selama
ini diimpikannya.
4.
Klimaks
Klimaks
merupakan puncak permasalahan yang ditandai adanya konflik atau pertikaian. Ini
dapat dilihat dari kutipan berikut.
Nur tidak sempat
dan tidak mau memikirkan hal-hal yang berada di luar akal, bahwa itu merupakan
pertanda dari apa yang sedang dialami oleh emaknya. Biarlah, hanya Tuhan yang
tahu jalan apa yang sebaiknya ditempuh untuk menyelesaikan urusan ini. Namun
manusia harus berusaha agar apa yang diputuskan tidak menimbulkan penyesalan di
kemudian hari. Itu sebabnya, Nur segaera membuang rasa bimbang, dan
mempersiapkan beberapa pakaian serta keperluan lain untuk di bawa ke rumah
sakit. Tapi dihari itu pula, ia mesti ke kampus untuk mengurus dan
melaksanankan apa yang telah diputuskan.
Mengajukan permohonan cuti kuliah !! (El
Khalieqy, 2010 : 8)
Kutipan di atas menunjukan, bahwa adanya
puncak ketegangan atau permasalahan dalam diri batin Nur.
5.
Krisis
Krisis merupakan
tahapan cerita yang menceritakan peristiwa setelah terjadinya tahap klimaks
yang akan menuju pada tahap leraian. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Apalagi sih, Nur ? Soal kuliah kamu ?”
“Apa Emak juga sudah tahu ?”
“Nur… Emakmu ini sudah banyak makan asam garam,
sudah bisa melihat dan merasakan penderitaan orang lain, apalagi kamu,anakku
sendiri, Sembilan bulan di perut Emak, dua tahun minum susunya Emak, jadi ya…”
(El Khalieqy, 2010 : 259)
Kutipan di atas menunjukan permasalahan Nur
mulai ada titik terang. Dan kemudian berkembang menuju ke arah selesaian.
6.
Leraian
Leraian
merupakan tahapan yang terjadi setelah tahap klimaks yang berkembang menuju ke
arah selesaian. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Jadi emak juga tahu kalau Nur cuti
kuliah ?”
“Kalaupun kamu berhenti kuliah Nur,
emakmu ini sudah ikhlas. Tapi kalau bisa ya diterusin lagi…” (El Khalieqy, 2010
: 259)
Kutipan di atas menunjukan permasalahan Nur
mulai ada titik terang. Dan kemudian berkembang menuju ke arah selesaian.
7.
Selesaian
Selesaian adalah
tahap akhir permasalahan yang ada dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“…Sementara Nur, setelah kuliahnya
selesai dan diwisuda sebagai sarjana akuntansi, semakin aktif di bisang sosial
dan keagamaan. Ia pun membeli sehektar tanah yang langsung diwakafkan kepada
sebuah Pesantran Khusus Anak Perempuan Yatim Piatu dimana Rohmat menjadi
ketuanya. Nur juga turut mendirikan dan membiayai LSM yang menangani masalah-masalah
kekerasan dalam rumah tangga, yang sebagian aktivitasnya dikelola oleh
sahabat-sahabatnya semasa kuliah. Kepada yayasan kampusnya, Nur sumbang ratusan
eksemplar buku-buku sosial dan keagamaan yang memang belum dikoleksi oleh
perpustakaan kampus tempat dimana ia dulu sering membaca buku”. (El Khalieqy,
2010 : 294)
Kutipan di atas menunjukan tahap selesaian
yang ditandai dengan kesuksesan Nur yang bisa membantu temanya waktu kuliah
serta dapat menyumbangkan sejumlah materi untuk kegiatan sosial.
No comments:
Post a Comment