Ruang Sastra Untuk Pendidikan Indonesia

Sunday, 22 November 2015

Refleksi Puisi

Doa
Tuhanku dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Memngikat kau penuh seluruh
Cahyamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelas sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tak bias berpaling

          Puisi di atas termasuk dalam aliran realisme yang mengungkapkan curahan hati kepada Tuhandengan mengunakan ungkapan-ungkapan apa adanya tidak berlebihan atau lebay. Metafora yang digunakan pun selalu ada kaitannya dengan kelogisan maksud penyair. Misalnya, “Kerdip lilin di kelas sunyi,” hal itu melambangan sesuatu yang sangat berarti.

 Oh, Guruku
pedih dan pedasnya jari
napas yang sesak akibat debu kapur
tak menyerahkan niat luhur
tak meluluhkan niat luhur
maju dan pesatnya ilmu pengetahuan
semua tumbuhkan hasrat mendidik
oh, guruku
kau laksana pelita dalam gulita
jasamu tak terbeli
entah kata apa yang pantas kuucap
sebagai tanda terima kasih
untaian kata indah
halusnya rajutan sutra
tak sebanding, tak cukup
'tuk seorang pahlawan
tanpa tanda jasa sepertimu
Eni Nuraini (Republika, Minggu 20 Maret 1994)
Puisi dengan judul "Oh, Guruku” merupakan ungkapan kekaguman penulis terhadap jasa guru. Guru sebagai seorang pendidik digambarkan oleh penyair sebagai seorang pahlawan, yang begitu besar jasanya bagi maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Guru merupakan seorang yang tak pernah menyerah dan tak kenal lelah. Wujud kekaguman penyair diungkapkan dengan kalimat sebagai berikut.
Kau laksana pelita dalam gulita
Jasamu tak terbeli



Penjual Sayur
Aku tahu kau sangat lelah
Bekerja dari pagi sampai petang 
Tanpa kenal waktu 
Ketika mentari terbenam
Kau tinggalkan pasar
Dengan buah tangan
Kau bawakan untuk anak-anakmu
Penjual sayur…
Dengan senyum ramahmu
Kau penuhi kebutuhan hidupku 
Terima kasih … sayurmu…
        Ryan Puspa
Pada puisi "Penjual Sayur", penyair mengungkapkan kekagumannya terhadap penjual sayur yang bekerja sepanjang hari dan tanpa mengenal waktu. Meskipun merasa lelah, penjual sayur tetap tersenyum ramah dalam melayani. Kekaguman dan ungkapan penyair diungkapkan lewat kalimat berikut.
Aku tahu kau sangat lelah
Bekerja dari pagi sampai petang 
Tanpa kenal waktu 
Dengan senyum ramahmu
Kau penuhi kebutuhan hidupku 
Terima kasih … sayurmu…




No comments:

Post a Comment