Ruang Sastra Untuk Pendidikan Indonesia

Tuesday, 24 November 2015

Sinopsis Novel Sang Pemimpi

Sinopsis Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata
 Arai adalah sepupu jauh dari Ikal. Ia sudah tidak punya keluarga lagi setelah ayahnya meniggal dunia, sejak itu Arai tinggal bersama dengan keluarga Ikal. Betapa kuat hati Simpa Keramat ini, begitulah julukan dari orang Melayu untuk seseorang yang hanya hidup sebatang kara dan tidak memiliki keluarga lagi.

Sore harinya, Arai dan Ikal menuju pasar untuk membeli beras. Semua uang yang mereka miliki dimasukkan ke dalam karung gandum. Di pasar, terlihat Mak Cik Maryamah pemain biola yang sudah tua. Arai memerintahkan Ikal untuk mengumpulkan semua uang itu. Ikal mengira Arai akan memberikan semua uang itu kepada Mak Cik Maryamah tetapi tanpa disangka oleh Ikal, Arai menuju pasar. Ia membeli terigu, gula dan lain – lain. Akhirnya semua bahan bahan itu diberikkan pada Mak Cik.

Di masjid pula Ikal dan Arai mengenal Jimbron yang gagapnya bukan main dan sangat gila kuda. Jimbron juga sama seperti Arai, hidup sebatang kara dan tidak punya saudara lagi. Sebetulnya, beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovanny. Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak asuh sang pendeta.

Pendeta berdarah Italia itu tak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid. Keheranan mereka yang kedua adalah Jimbron sangat menyukai kuda. Kata orang-orang, ini berhubungan dengan sebuah film di televisi balai desa yang ditonton Jimbron seminggu sebelum ayahnya wafat.

Jimbron adalah pemuda yang mudah mengantuk tapi jika sedikit saja ia mendengar tentang kuda, maka telinga layunya sontak berdiri. Jimbron segera menjadi pencinta kuda yang fanatik. Pernah suatu hari Taikong Hamin marah besar karena di dalam buku TPA-nya hanya terdapat kuda, Taikong pun menghukum dia dengan cara berlagak seperti kuda.

Setelah mereka tamat SMP mereka melanjutkan tingkat SMA. Mereka juga bekerja menjadi kuli bangunan yang hanya di gaji dengan sebungkus mie instan tiap hari sebagai makan siang. Kadang mereka juga bekerja sambilan yaitu sebagai penjaga tempat golf. Mereka juga pernah bekerja sebagai part time office boy di kompleks kantor, hanya saja gaji mereka bisa telat berbulan.

Suatu ketika ketika Ikal berlari pulang sekolah, tiba – tiba dia berhenti di depan restoran mie rebus di sana ia melihat dirinya sendiri, Arai dan Jimbron sedang bekerja mencuci piring – piring kotor. Ketika berlari kembali, tiba – tiba ia juga melihat 3 orang yang sama menjadi kernet. Ikal begitu kaget dan langsung berlari pulang karena ia melihat orang lain menjelma menjadi dirinya dan 2 orang sahabatnya.

Semangat Ikal seakan surut untuk melanjutkan sekolah karena pada akhirnya ia akan seperti apa yang dia lihat di resoran maupun tempat lain. Ikal menjadi malas belajar dan sangat pesimis dalam kehidupannya. Karena pikiran yang pesimis dan malas belajar itulah ia mempersembahkan kusir nomer 75 bagi ayahnya. Sungguh sangat megecewakan, tetapi walau demikian ayah Ikal tetaplah bangga pada anaknya.

Maka pada saat beliau mengambil rapot, beliau tetap seperti biasnya dengan ritual yang telah sudah lama beliau lakukan. Sungguh sangat perih hati Ikal, dengan sikap pesimisnya ia tertpuruk pada urutun 75. Ikal pun tak kaget jika nanti ayahnya tidak datang, dan Arai pun marah padanya. Tapi ayah Ikal datang dan seperti biasanya ia kemudian mengambil rapot dan langsung pulang. Arai dengan emosinya memarahi Ikal karena telah mengecewakan ayahnya.

Setelah sekian lama berkerja sebagai tukang sortir, Ikal kembali rindu dengan teman sekaligus sepupu jauhnya, Arai. Tahun – tahun berlalu, sampai akhirnya Ikal bisa kuliah di UI. Pada saat kuliah di UI itulah Ikal bertemu dengan Nurmala.setelah perbincangan yang cukup hangat dengan Nurmala, tanpa diduga oleh Ikal Nurmala tiba – tiba menanyakan kabar Arai. Cukup bingung Ikal menjawab pertanyaan itu, tapi pada akhirnya Ikal bisa mengatasinya. Setelah lulus kuliah Ikal mengetahui bahwa ada pengumuman beasiswa stata dua, tanpa pikir panjang Ikalpun mencoba mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa itu.

Hari Wawancara pun tiba begitugugup Ikal karena saingan Ikal adalah tamatan mahasiswa yangcukup pintar – pintar. Tidak disangka pula riset yang dilakukan Ikal mendapat pujian yang sangat bagusdari seorang Profesor. Selepas Ikal keluar dari ruangan pewawancara dia kemudianmendengar suara yang cukup dia kenal. Tanpa diduga pula bahawa itu memang suara Arai, sungguh tak disangka setelah sekian lama tak bertemu akhirnya Ikal bertemu dengan Arai yang juga sedang mengajukan beasiswa untuk kuliah di Eropa.

Setelah sekian lama tak pulang ke Belitong kali ini Ikal dan Arai pulang kembali ke kampung halamanya. Mereka bertemu Jimbron yangsudah menikah dengan Laksmi dan mempuyai anak. Malamnya Ikal berjalan – jalan untuk menikmatisuasana yang telah lama ia rindukan. Waktu yang dinanti – nanti tiba, surat pengumuman beasiswa akhirnya tiba. Perlahan – lahan Ikal mulai membuka surat itu dan didapatinya ia lulus tes dan akan kuliah di Paris di Univesite de Paris, Sorbonne, Prancis begitu juga dengan Arai.

Sinopsis:
Dulunya bernama Kusno. Tubuhnya 
kurus dan sering sakit-sakitan. Oleh bapaknya nama Kusno diganti Sukarno. Besar harapan anak kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya tokoh pewayangan - Adipati Karno. Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun Sukarno berhasil mengguncang podium, berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!! Akibatnya, dia harus dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak. Tapi keberanian Sukarno tidak pernah padam. Pledoi-nya yang sangat terkenalIndonesia Menggugat mengantarkannya ke pembuangan di Ende, lalu ke Bengkulu.

Di Bengkulu, Sukarno istirahat sejenak dari politik. Hatinya tertambat 
pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan yang lebih tua 12 tahun dan selalu menjadi perisai baginya ketika dipenjara maupun dalam pengasingan. Kini, Inggit harus rela melihat sang suami jatuh cinta. Di tengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang mengobarkan perang AsiaTimur Raya. Berahi politik Soekarno kembali bergelora. 

Hatta 
dan Sjahrir, rival politik Sukarno, mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dibanding Belanda. Tapi Sukarno punya keyakinan, Jika kita cerdik, kitabisa memanfaatkan Jepang untuk meraih kemerdekaan. Hatta terpengaruh, tapi Sjahrir tidak. Kelompok pemuda progresif pengikut Sjahrir bahkan mencemooh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator. Keyakinan Sukarno tak goyah. 

Sekarang, kemerdekaan 
Indonesia terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi apakah itu kemerdekaan yang diharapkan? Jangan-jangan apa yang kita peringati setiap tahun itu hanyalah upah bagi Sukarno karena telah bekerja untuk Jepang? 

Di atas kereta kuda, Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto berwejang kepada Sukarno muda: Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi 
jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu. Kalimat ini selalu dipegang Sukarno sampai dia mewujudkan mimpinya: Indonesia Merdeka!
Siapa anak negeri ini yang tak kenal Soekarno? Setiap pelajar di Indonesia pasti pernah mengenyam pelajaran sejarah, apa pun bentuknya. Dengan demikian sudah pasti mereka mengetahui Soekarno, Presiden pertama Indonesia sekaligus proklamator kemerdekaan negara ini. Namanya bahkan menggema ke seantero dunia.  Kemerdekaan Indonesia kemudian menjadi inspirasi negara-negara di Asia-Afrika untuk membebaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme. Apalagi ketika Indonesia mengadakan Konferensi Asia-Afrika yang menegaskan posisinya sebagai pemimpin Gerakan Non-Blok.
Soekarno sebagai tokoh besar dalam sejarah telah cenderung menjadi mitis. Kisahnya seolah mitologis, padahal seharusnya sebagai bagian sejarah ia dilandasi fakta dan data. Dan film ini berupaya mengetengahkan sisi-sisi kehidupan si Bung Besar dengan cara seobyektif mungkin.
Film diawali dengan bersama-sama meminta penonton berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang tampaknya dibuat seadanya sebagai tambahan karena cuma menampilkan animasi bendera merah-putih dan subtitle syair lagu saja. Film dibuat dengan urutan kronologis beralur maju. Hanya sedikit di bagian awal film yang sempat flash-back ke masa kecil Soekarno saat masih bernama Kusno, termasuk prosesi pergantian namanya menjadi Soekarno. Untuk kemudian alurnya terus maju hingga ke akhir film.
Sinopsis
(spoiler alert!)
Ceritanya sendiri seperti ‘buku sejarah’ belaka. Penggambaran mengenai kehidupan Soekarno terkait dengan masa perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia. Adegan dimulai dengan situasi di tahun 1934 saat serdadu marsose pemerintah kolonial Belanda Dutch East Indies menangkap Soekarno dan beberapa rekannya yang tengah berada di rumah Ketua PNI (Partai Nasional Indonesia) Jawa Tengah, dokter Sujudi.
Adegan lantas flash-back ke masa kecil Soekarno, dimana saat itu ia yang masih bernama Kusno sakit-sakitan. Ayahnya Raden Soekemi Sosrodihardjo sampai menjalankan ‘laku tirakat’, tidur di bawah ranjang anak lelakinya. Tujuannya adalah agar penyakit itu ‘pindah’ ke tubuhnya. Akhirnya menurut kepercayaan Jawa, nama Kusno dipandang tidak cocok bagi anak itu. Dengan upacara ‘ruwatan’, maka ia pun diganti namanya menjadi Soekarno. Nama ini terinspirasi dari nama tokoh Kurawa yang sesungguhnya berhati mulia, Adipati Karna.
13875022381858501416
(Foto 1) Soekarno berpidato di depan rakyat.
Cerita maju terus ke masa kecil Soekarno yang sempat menjalin “cinta monyet” dengan seorang gadis cilik Belanda bernama Mien Hessel. Namun, justru di sinilah rasa nasionalismenya tumbuh saat ia diusir oleh ayah Mien karena dianggap tidak sederajat. Ketika ia mengikuti rapat-rapat Sarekat Islam yang dipimpin oleh bapak kost-nya Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Cokroaminoto) ia makin tertarik pada ide kebangsaan. Soekarno muda pun mulai belajar berpidato sendirian di kamarnya. Segera, di usia 24 tahun ia telah mulai berpidato di berbagai tempat. (lihat foto 1).
Beranjak dewasa, Soekarno mulai aktif di politik. Ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai basis organisasinya bersama sejumlah rekan, termasuk Gatot Mangkoepradja. Ia kemudian ditangkap dengan tuduhan menghasut dan berhaluan komunis. Ia, Gatot, dan dua rekan lainnya dipenjara di Banceuy, Bandung. Di saat inilah ia kemudian menyusun pledooi (pembelaan)-nya yang terkenal: “Indonesia Menggugat”. Soekarno tetap dijatuhi hukuman penjara empat tahun, namun dua tahun kemudian dibebaskan. Terutama karena gejolak di dalam negeri Belanda sendiri yang mengecam hukuman itu sebagai bertentangan dengan kemanusiaan dan demokrasi.
Soekarno kembali ke politik, tapi kemudian ditangkap lagi dan lantas diasingkan ke Ende, lalu dipindahkan ke Bengkulu. Karena tidak memiliki podium dan massa, maka Soekarno memilih menjadi guru relawan di sekolah Muhammadiyah. Di sinilah ia kemudian jatuh hati pada salah satu muridnya, anak tokoh lokal Hassan Din. Namanya: Fatmawati. Padahal, saat itu Soekarno masih beristrikan Inggit Garnasih, istri keduanya setelah menceraikan istri pertamanya Siti Oetari.
Di saat ‘galau’ dengan masalah rumah tangganya, terutama karena Inggit belum mampu memberikan anak, ekskalasi politik memanas. Perang Dunia II mencapai Asia dengan masuknya Jepang ke dalam kancah perang dengan membom pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii. Jepang memberikan istilah sendiri untuk Perang Dunia II di teater Pasifik sebagai “Perang Asia Timur Raya”. Kekuatan Jepang dengan cepat melumpuhkan satu demi satu negara di Asia, terutama di Asia Timur dan Tenggara. Indonesia yang waktu itu dikuasai Belanda ikut jatuh, menyusul kalahnya Amerika Serikat dan Inggris di Singapura dan Filipina.
Pasukan Belanda pimpinan Letnan Kolonel Hoogeband yang berpangkalan di Bengkulu sempat akan memindahkan Soekarno ke Jawa untuk kemudian akan diungsikan ke Australia. Tapi terlambat karena Jepang keburu mendarat. Terjadi kekacauan, perampokan dan penjarahan terutama terhadap orang-orang Belanda dan keturunan Tionghoa. Beberapa petinggi tentara Belanda di sana kemudian dieksekusi oleh tentara Jepang. Soekarno sendiri digambarkan sempat menyelamatkan pedagang Tionghoa yang dirampok oleh tentara Jepang.
Berbeda dengan Belanda, Jepang bersikap baik kepada Soekarno. Ia dibawa kembali ke Jawa. Tujuan Jepang adalah memanfaatkan Soekarno untuk menarik hati rakyat agar mendukung program 3 A: Jepang Cahaya Asia, Jepang Sahabat Asia, Jepang Pelindung Asia. Ini adalah program propaganda perang negeri matahari terbit itu. Apalagi ia sempat diperbolehkan membentuk PETA (PEmbela Tanah Air) dan PUTERA (PUsat TEnaga Rakyat), serta mengibarkan bendera merah-putih dan menyanyikan Indonesia Raya di seluruh Jawa. Tapi, Soekarno sedih karena Jepang malah menggunakannya untuk mencari tenaga kerja paksa romusha. Di film ini digambarkan bahwa foto Soekarno sedang menjadi ‘mandor’ memang sengaja dibuat Jepang sebagai alat propaganda.
Walau begitu, Soekarno merasa bisa memanfaatkan situasi ini untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sutan Sjahrir keras menolak, untung ada Mohammad Hatta yang bijak menjadi penengah. Akhirnya disepakati dua jalan, Soekarno dan Hatta mencari peluang kooperasi dengan pemerintah Dai Nippon, sedangkan Sutan Sjahrir memimpin kelompok pemuda berada di garis keras.
Di tengah situasi genting, Soekarno mengalami masalah rumah tangga. Ia ingin menikahi Fatmawati, tapi tidak mau menceraikan Inggit. Masalahnya, Inggit tidak mau dimadu dan Fatmawati sudah dilamar orang lain. Akhirnya, Inggit mengalah dan meminta diceraikan. Soekarno pun menikahi Fatmawati dan tak lama kemudian istrinya itu hamil. Soekarno pun tak lama kemudian digembirakan dengan lahirnya putra pertamanya, yang diberi nama Guntur Soekarnoputra.
Tanpa diduga, Amerika Serikat yang gusar pada kekalahan di Pearl Harbour menggunakan jalan pintas yang kejam untuk mengakhiri perang: menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyerah kalah. Siaran radio luar negeri yang dilarang berhasil didengarkan oleh beberapa tokoh, terutama Sjahrir. Ia membujuk Soekarno dan Hatta agar mengabaikan janji kemerdekaan dari Jepang, yang rencananya akan diadakan pada tanggal 22 Agustus 1945. Soekarno yang sempat diberikan penghargaan langsung oleh Kaisar Jepang Hirohito –yang bahkan rela turun dari singgasana untuk menyalami Soekarno, suatu hal yang amat sangat langka karena ia dianggap dewa di negerinya- masih mempercayai Jepang.
Saat Soekarno, Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh ‘tua’ masih mempertimbangkan beberapa hal, kelompok pemuda bergerak. Mereka menculik Soekarno, Hatta dan Fatmawati ke Rengasdengklok pada 15 Agustus 1945. Sjahrir terkejut dan marah. Meski berbeda pendapat dengan Soekarno-Hatta, ia menyatakan kedua tokoh itu sangat penting bagi pergerakan kemerdekaan. “Dua-tiga Sjahrir pun tak akan bisa menggantikan Soekarno!” katanya. Ia pun mendesak para pemuda untuk mengembalikan keduanya ke Jakarta.
1387502410776601753
(Foto 2) Perumusan naskah Proklamasi.
Sesampai di Jakarta, Laksamana Tadashi Maeda melaksanakan janji samurainya setelah dalam pertemuan sebelumnya sempat disindir Hatta. Ia meminjamkan rumahnya sebagai tempat merumuskan naskah proklamasi. Bahkan, tokoh-tokoh pergerakan sudah dikumpulkan sebelumnya dan menyambut Soekarno-Hatta saat tiba di rumah Maeda. Akhirnya, diputuskan tiga orang untuk menyusun naskah proklamasi: Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo (lihat foto 2).
Ketika naskah itu selesai ditulis tangan, Sayuti Melik ditugaskan mengetiknya. Suasana tegang terasa, terutama karena kuatir tentara Jepang akan ikut campur. Tapi karena jaminan Maeda, semua lancar dan aman. Esok paginya, Hatta pulang dulu untuk sahur, mandi dan berganti pakaian. Dalam film tidak digambarkan, tapi saat itu bulan Ramadhan. Soekarno yang kelelahan demam. Ia diperiksa dr. Soeharto. Tapi saat Bodancho PETA Latief Hendraningrat melapor semua sudah siap, Soekarno menolak membacakan proklamasi tanpa Hatta. Ketika akhirnya Hatta datang, acara pun dimulai dengan sambutan singkat dari Soekarno yang dilanjutkan pembacaan naskah proklamasi dan pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Beberapa malam sebelumnya, Fatmawati yang sedang mengandung menjahit sendiri dengan tangan bendera pusaka itu. Bendera nasional pertama yang dikibarkan di era Indonesia merdeka.
Kemerdekaan Indonesia disambut, peran Soekarno terus berlanjut. Dan bangsa ini terus memantapkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Soekarno akan selamanya dikenang sebagai Bapak Bangsa yang telah membawa Indonesia mencapai kemerdekaannya.
Kritik Film
13875025732111228134
(Foto 3) Detail ornamen yang apik
Saya memuji detail penggunaan propertinya. Penggambaran detail di film ini ciamik. Mobil dan motor era itu dihidupkan kembali. Seragam tentara Belanda dan Jepang cukup bagus, demikian pula senjatanya. Penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia yaitu bahasa Jawa kromo inggil, bahasa Belanda dan bahasa Jepang rinci. Aktornya cukup fasih mengucapkan seolah itu bahasa ibunya. Apalagi ditambah adanya beberapa aktor yang memang orang asing.  Beberapa barang era itu juga tampak realistis, seperti gramofon. Satu yang saya kagum,  foto-foto di atas meja yang merupakan foto reka ulang yang diisi para pemainnya, bukan foto asli Soekarno dan keluarganya, tapi dibuat dengan pose seperti aslinya. (lihat foto 3). Keren!
Cuma ada beberapa pertanyaan kecil di benak, seperti penggunaan stopmap yang tampak berkali-kali di film ini. Sepertinya model begitu baru ada di tahun 1960-an. Di film Soekarno ini juga tak tampak jelas ada penggambaran tahun berapa saat itu seperti dari kalender, kecuali satu scene saja diperlihatkan sepintas dari selebaran “Oetoesan Hindia”. Sebagian besar pengetahuan  penonton soal tahun kejadian didapat dari keterangan di subtitle. Tampak jelasnya merek “Teh 2 Tang” saat Fatmawati membuatkan teh di dapur rumah juga agak mengganggu. Memang sih, sponsor. Desain kemasannya juga dibuat kuno, tapi, apa iya di tahun itu sudah ada? Juga buku-buku yang tampak kusam, kelihatan lawas betulan. Padahal, di tahun 1945, buku-buku itu masih relatif baru kan? Coba deh tengok film Hollywood ber-settinglama, justru ditampakkan ‘kebaruan’ segala sesuatu di era itu, bukannya era itu dilihat dari masa sekarang. Satu contoh yang paling bagus adalah penggambaran ulangTitanic saat masih berlayar, tampak jelas kemewahannya.
Banyaknya tokoh yang berseliweran di layar juga membingungkan penonton. Saya saja yang ‘khatam’ sejarah bangsa, harus menerka-nerka. Beberapa tokoh sejarah yang jelas disebut namanya selain Soekarno dan Hatta adalah Sutan Sjahrir, Ahmad Subardjo, Gatot Mangkoeprodjo, Haji Agus Salim, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Dr. Radjiman Wediodiningrat, dokter Sujudi, Latief Hendraningrat, Soekemi Sosrodihardjo ayah Soekarno dan tokoh pemuda Wikana. Tentu selain dua istri Soekarno di periode itu, Inggit Garnasih dan Fatmawati. Juga ada ‘pemeran pembantu’ seperti Omi (Ratna Djoeami), Riwu dan Hassan Din ayah Fatmawati, serta bayi Guntur Soekarnoputra. Sementara dari pihak ‘musuh’ ada Laksamana Tadashi Maeda, Marsekal Hitoshi Imamura, Kumakichi Harada, Nishijima, Letkol Hoogeband bahkan Kaisar Jepang Emperor Hirohito. Dari credit title, baru saya tahu ada nama-nama karakter sejarah lain seperti Ki Bagus Hadikusumo, Sujatmoko, Ki Hadjar Dewantara, Chaerul Saleh, Dr. Waworuntu, Musso, Sukarni, Subadio Sastrosatomo, Maskoen, bahkan Otto Iskandar Dinata (Otista), tapi saya tidak ngeh yang mana. Kecuali Sayuti Melik yang adegan ia mengetik naskah proklamasi dan dr. Soeharto yang adegan memeriksa Soekarno saat sakit menjelang proklamasinya cukup jelas, yang lainnya cuma muncul selintas saja tampaknya. Akan lebih baik bila ada keterangan subtitle saat tokoh-tokoh itu muncul untuk pertama kalinya di layar. Satu yang saya heran, Mr. Muhammad Yamin yang diberi peran penting di masa Orde Baru bahkan disebut sebagai perumus naskah Pancasila sama sekali tak ditampilkan. Saya juga sempat salah mengira salah satu pemuda sebagai Tan Malaka, namun di credit title ternyata Musso.
Melihat deretan tokoh sejarah itu, film ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia didirikan oleh banyak orang yang menyadari arti pentingnya bersatu. Soekarno dan Hatta juga ditampilkan beberapa kali berbeda pendapat, tapi mampu mengesampingkannya demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Menariknya, tampak bahwa Kartosuwiryo ternyata pernah sama-sama indekost bersama Soekarno di rumah HOS Cokroaminoto. Di kemudian hari, ia memberontak kepada Republik Indonesia dengan memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII). Juga tampak ada pertentangan ideologis dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tapi semua itu mampu mengerucut kepada satu tujuan: demi Indonesia Raya.
Penggunaan footage film dokumenter sejarah asli juga bagus. Mampu berpadu apik dengan film baru rekayasa sutradara Hanung Bramantyo ini. Adegan menjelang proklamasi juga cukup detail. Hanya saja saya mempertanyakan kenapa justru saat pembacaannya hanya tampak layar gelap disertai subtitle teks proklamasi disertai diperdengarkannya suara asli Soekarno? Apakah disensor atau kenapa? Kalau pun adegan pembacaan yang dibuat baru di film ini dianggap kurang sesuai, tampilkan saja foto asli proklamasi yang dibuat oleh Alex Mendur dari IPPHOS.
Toh, di balik semua kekurangan apalagi perseteruan dengan Rachmawati Soekarnoputri, film ini patut diacungi jempol. Karena di masa Orde Baru, hampir mustahil film ini dibuat. Ini karena sosok Bung Karno yang memang kontroversial. Ia dipuja, tapi juga dibenci oleh sebagian kelompok masyarakat, terutama pendukung Orde Baru. Secara apik film ini mampu masuk ke penuturan sejarah tanpa perlu memihak. Salut!
  • IDENTITAS FILM
Judul Film                           : Soekarno
Sutradara                           : Hanung Bramantyo
Editing                                : Cesa David Luckmansya
Tahun pembuatan             : 2013
Durasi                                : 150 minutes

  • SINOPSIS

Siapa yang tidak mengenal Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. Setiap pelajar pasti mengenyam pendidikan sejarah apapun bentuknya. Bapak proklamator bangsa kita ini sangat disegani dan dikenal di tanah air bahkan seluruh dunia. Sepak terjangnya sebagai Presiden pertama kita dan kepiawaiannya dalamdunia politik Internasional menjadi semangat untuk masyarakat Asia lainnya yang terjajah di masa lalu untuk merdeka. Kemerdekaan Indonesia menjadi inspirasi negara negara Asia-Afrika untuk membebaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme.
Ceritanya sendiri seperti ‘buku sejarah’. Penggambaran mengenai kehidupan Soekarno terkait dengan masa perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia. Adegan dimulai dengan situasi di tahun 1934 saat serdadu marsosepemerintah kolonial Belanda Dutch East Indies menangkap Soekarno dan beberapa rekannya yang tengah berada di rumah Ketua PNI (Partai Nasional Indonesia) Jawa Tengah, dokter Sujudi. Adegan lantas flash-backke masa kecil Soekarno, dimana saat itu ia yang masih bernama Kusno sakit-sakitan. Ayahnya Raden Soekemi Sosrodihardjo sampai menjalankan ‘laku tirakat’, tidur di bawah ranjang anak lelakinya. Tujuannya adalah agar penyakit itu ‘pindah’ ke tubuhnya. Akhirnya menurut kepercayaan Jawa, nama Kusno dipandang tidak cocok bagi anak itu. Dengan upacara ‘ruwatan’, maka ia pun diganti namanya menjadi Soekarno. Nama ini terinspirasi dari nama tokoh Kurawa yang sesungguhnya berhati mulia, Adipati Karna.
Cerita maju terus ke masa kecil Soekarno yang sempat menjalin “cinta monyet” dengan seorang gadis cilik Belanda bernama Mien Hessel. Namun, justru di sinilah rasa nasionalismenya tumbuh saat ia diusir oleh ayah Mien karena dianggap tidak sederajat. Ketika ia mengikuti rapat-rapat Sarekat Islam yang dipimpin oleh bapak kost-nya Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Cokroaminoto) ia makin tertarik pada ide kebangsaan. Soekarno muda pun mulai belajar berpidato sendirian di kamarnya dan ketika berusia 24 tahun ia mulai berpidato di berbagai tempat.
Beranjak dewasa, Soekarno mulai aktif di politik. Ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai basis organisasinya bersama sejumlah rekan, termasuk Gatot Mangkoepradja. Ia kemudian ditangkap dengan tuduhan menghasut dan berhaluan komunis. Ia, Gatot, dan dua rekan lainnya dipenjara di Banceuy, Bandung. Di saat inilah ia kemudian menyusun pledooi (pembelaan)-nya yang terkenal: “Indonesia Menggugat”. Soekarno tetap dijatuhi hukuman penjara empat tahun, namun dua tahun kemudian dibebaskan.
Soekarno kembali ke politik, tapi kemudian ditangkap lagi dan lantas diasingkan ke Ende, lalu dipindahkan ke Bengkulu. Soekarno lalu menjadi guru relawan di sekolah Muhammadiyah. Di sinilah ia kemudian jatuh hati pada salah satu muridnya bernama Fatmawati. Padahal, saat itu Soekarno masih beristrikan Inggit Garnasih.
Perang Dunia II mencapai Asia dengan masuknya Jepang ke dalam kancah perang dengan membom pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii. Kekuatan Jepang dengan cepat melumpuhkan satu demi satu negara di Asia, terutama di Asia Timur dan Tenggara. Indonesia yang waktu itu dikuasai Belanda ikut jatuh, menyusul kalahnya Amerika Serikat dan Inggris di Singapura dan Filipina.
Berbeda dengan Belanda, Jepang bersikap baik kepada Soekarno. Ia dibawa kembali ke Jawa. Tujuan Jepang adalah memanfaatkan Soekarno untuk menarik hati rakyat agar mendukung program 3A yaitu Jepang Cahaya Asia, Jepang Sahabat Asia, Jepang Pelindung Asia. Ia sempat diperbolehkan membentuk PETA (PEmbela Tanah Air) dan PUTERA (PUsat TEnaga Rakyat), serta mengibarkan bendera merah-putih dan menyanyikan Indonesia Raya di seluruh Jawa. Tapi, Soekarno sedih karena Jepang malah menggunakannya untuk mencari tenaga kerja paksa romusha. Di film ini digambarkan bahwa foto Soekarno sedang menjadi ‘mandor’ memang sengaja dibuat Jepang sebagai alat propaganda.
Meski demikian, Soekarno merasa bisa memanfaatkan situasi ini untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Di tengah situasi genting, Soekarno mengalami masalah rumah tangga. Ia menikahi Fatmawati dan menceraikan Inggit. Tak lama kemudian digembirakan dengan lahirnya putra pertamanya, yang diberi nama Guntur Soekarnoputra.
Tanpa diduga, Amerika Serikat yang gusar pada kekalahan di Pearl Harbour menggunakan jalan pintas yang kejam untuk mengakhiri perang. Mereka menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyerah kalah. Siaran radio luar negeri yang dilarang berhasil didengarkan oleh beberapa tokoh, terutama Sjahrir. Ia membujuk Soekarno dan Hatta agar mengabaikan janji kemerdekaan dari Jepang, yang rencananya akan diadakan pada tanggal 22 Agustus 1945. Saat Soekarno, Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh ‘tua’ masih mempertimbangkan beberapa hal, kelompok pemuda bergerak. Mereka menculik Soekarno, Hatta dan Fatmawati ke Rengasdengklok pada 15 Agustus 1945. Sjahrir terkejut dan marah. Ia pun mendesak para pemuda untuk mengembalikan keduanya ke Jakarta.
Sesampai di Jakarta, Laksamana Tadashi Maeda meminjamkan rumahnya sebagai tempat merumuskan naskah proklamasi. Bahkan, tokoh-tokoh pergerakan sudah dikumpulkan sebelumnya dan menyambut Soekarno-Hatta saat tiba di rumah Maeda. Akhirnya, diputuskan tiga orang untuk menyusun naskah proklamasi: Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo.Ketika naskah itu selesai ditulis tangan, Sayuti Melik ditugaskan mengetiknya.
Acara pun dimulai dengan sambutan singkat dari Soekarno yang dilanjutkan pembacaan naskah proklamasi dan pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih yang dijahit Fatmawati diiringi lagu Indonesia Raya. Kemerdekaan Indonesia disambut, peran Soekarno terus berlanjut. Dan bangsa ini terus memantapkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Soekarno akan selamanya dikenang sebagai Bapak Bangsa yang telah membawa Indonesia mencapai kemerdekaannya.
  • Kelebihan
Karakter dan penokohan yang kuat. Saya apresiasi buat Ario Bayu yang menurut saya sudah cukup mendekati sosok Sukarno yang sangat berkarakter itu. Yang menurut saya disayangkan dari peran Ario Bayu yakni lebih menonjolkan sisi gloomy dibandingkan sisi kharismatik dan tegasnya. Namun diluar itu menurut saya Ario Bayu sudah cukup pas dan baik dalam menjalankan perannya.Sedangkan untuk pemeran lainnya saya salut dengan pemilihan Maudy Kusnaedi dan Tika Bravani sebagai Inggit dan Fatma. Maudy yang lebih tua 17 tahun dari Sukarno memerankan sosok Inggit yang tegar dan sangat dewasa. Selain itu Tika sebagai pemeran Ibu Fatma yang usianya terpaut kurang lebih sepuluh tahun lebih muda dari Sukarno juga sangat baik dalam menjalankan perannya.
Salah satu kekuatan utama dalam film ini adalah detil sejarah yang rinci dan tidak banyak orang tau. Menurut saya film ini berbeda dengan film Indonesia kebanyakan karena disertai dengan riset yang cukup mendalam. Dan hal ini memunculkan kepuasan bagi para penonton yang ingin melihat film ini dari sisi sejarahnya. Saya pun juga baru mengetahui mengenai beberapa fakta sejarah mengenai Sukarno dari film ini. Seperti misalnya ada fakta bahwa Riwu, anak angkat Sukarno, pada akhirnya menyusul Inggit ketimbang ikut tinggal bersama Sukarno, dan masih banyak lagi.
Saya hanya berharap film ini mampu membuka wawasan masyarakat Indonesia mengenai sisi lainSukarno. Selain itu film ini juga merupakan gerbang bagi anak-anak dan remaja untuk kembali membuka mata dan membaca-baca buku dan teks sejarah.
  • Kekurangan
  1. Film ini sebagaimana tipikal film-film Indonesia pada umumnya, yakni mudah dimengerti. Alur film ini sangat mudah ditebak apalagi bagi yang mengetahui sejarah Indonesia pada periode kemerdekaan. Memang jika dibandingkan dengan film karya Hollywood dengan alur melingkar dan twist yang sulit ditebak.
  2. Penokohan Sukarno dalam film ini sering digambarkan dalam situasi galau, murung, dan tertekan. Efek penuansaan dalam film ini pun didominasi dengan pencahayaan yang gelap sehingga kesan murung pada sosok Sukarno sebagai tokoh utama semakin terasa. Padahal kita mengenal Sukarno merupakan sosok yang tegas.
  3. Film ini memaksakan sisi romantisme Sukarno secara salah. Film ini mengangkat Sukarno sebagai seorang yang womanizer. Akan lebih baik jika konflik Sukarno-Inggit-Fatma dalam film ini ditiadakan dan hanya fokus dalam pergulatan dalam mendapatkan kemerdekaan.
  4. Pembuatan film ini yang hanya disesuaikan dengan selera lokal ala Indonesia. Sehingga banyak adegan yang menurut saya yang tidak penting dan ada beberapa humor kampungan yang belum tentu dimengerti jika penikmat film asing menonton film ini. Padahal film ini membawa nama Sukarno, yang mana nama Soekarno sangat terkenal di banyak negara sehingga kemunculan film ini tidak hanya ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia saja tetapi juga masyarakat Internasional.


No comments:

Post a Comment