Ruang Sastra Untuk Pendidikan Indonesia

Sunday, 22 November 2015

Penokohan

Menentukan Penokohan

1.      Metode Analitik (secara langsung)
Pengarang menggambarkan watak-watak tokoh secara langsung, maksudnya adalah langsung disebutkan wataknya dalam cerita tsb.

Contoh :
Eka memang sangat menarik. Dia cantik dengan rambut ikalnya yang panjang. Hidungnya kecil dan lancip, matanya yang lebar dilengkapi dengan bulu mata yang lebat dan lentik. Wajahnya disempurnakan dengan bibirnya yang sensual dan merah, meski tak memakai lipstik. Dia sangat supel sehingga disukai teman-temannya. Teman-temannyapun beragam mulai dari kalangan ekonomi lemah sampai dengan ekonomi atas. Eka sendiri berasal dari keluarga yang kaya, tetapi sangat mengedepankan kesederhanaan. Tak heran kalau Eka terbiasa rajin dan rapi untuk urusan pribadinya.

Contoh :
Anak pertamanya Khairul Azzam sejak kecil telah menunjukkan baktinya. Prestasi-prestasinya mengharumkan nama orang tua. Saat kuliah di Al Azhar, ia juga meraih nilai sangat baik di tahun pertamanya. Dan ketika sang ayah tiada, Azzam menunjukkan tanggung jawabnyasebagai anak sulung dan satu-satunya anak lelakinya. Azzam bekerja keras di Mesir sana. …
(Habiburrahman; KCB episode 2 hlm 38)

Tokoh Khairul Azzam dapat dengan mudah kita pahami sebagai anak yang berbakti, pintar, bertanggung jawab pada keluarganya dan pekerja keras.

Contoh :
Anak keduanya, Ayatul Husna, sangat halus tutur bahasanya. Dan sangat mencintainya. Husna seolah tidak pernah rela ada nyamuk sekalipun menyentuh kulit ibunya. ….
….Husna berubah seratus delapan puluh derajat sejak ayahnya meninggal dunia. Sejak itu Husna disiplin mengenakan jilbab. Sangat santun, penyabar, dan penyayang.(Habiburrahman; KCB episode 2 hlm 38 dan 39)

Kita dapat mengetahui bahwa Ayatul Husna berwatak sangat halus tutur bahasanya, dan mencintai ibunya

2.      Metode Dramatik (tidak langsung)
Pengarang dalam menggambarkan watak watak-watak tokohnya tidak langsung menyebutkan wataknya, tetapi melalui bermacam-macam cara, yaitu :
a.      Penggambaran Fisik
Contoh :
Sejurus kemudian mereka berdua turun bersama. Eliana menyambut dengan senyum menawan di bibirnya. Siang itu putri Dubes Indonesia di Mesir itu memakai kaos panjang merah jambu yang dipadu dengan celana jeans merah tua. Rambutnya dia kucir kuda. Apa saja yang dipakai Eliana dan apa saja gaya rambutnya selalu saja menjadikannya tampak jelita. (Habiburrahman; KCB episode 2 hlm 141)

Sebenarnya penggambaran fisik seseorang tidak secara otomatis menggambarkan karakter tokoh. Namun, setidaknya bias menunjukkan gambaran kepada pembaca tentang sosok tokoh yang diceritakan. Tokoh Eliana dalam kutipan di atas digambarkan sebagai perempuan yang cantik, pandai berdandan, dan supel.

b.      Penggambaran Perilaku Tokoh
Contoh :
Seorang berjaket hitam membentak keras sambil menodongkan pistolnya tepat di jidat Zumrah. Bu Nafis gemetar ketakutan. Husna dan Lia merinding. Sementara Zumrah saking takutnya, tanpa ia sadari mengeluarkan air kencing. Pria berjaket itu baginya bagaikan malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawanya. Gigi pria itu bergemeretak menahan amarah. Matanya merah marah.
Mahrus memukul pelipis Zumrah dengan gagang pistol. Zumrah mengaduh. Pelipis Zumrah berdarah. Husna mau bergerak menolong Zumrah tapi dicegah Bu Nafis. Bu Nafis tahu kenekatan Mahrus sejak kecil. Ia tidak ingin Husna celaka dengan konyol.
Dengan segenap kekuatan Mahrus menyeret Zumrah ke halaman. Sekali lagi Mahrus memukulkan gagang pistolnya ke kepala Zumrah. Zumrah langsung terjengkang kesakitan. Mahrus sudah bersiap menembak kepala Zumrah. Niatnya sudah bulat bahwa keponakannya harus dihabisi. Ia tinggal merekayasa laporan kejahatannya saja. Sebuah kejahatan yang layak untuk dienyahkan dari muka bumi.  (Habiburrahman; KCB episode 2 hlm 229-231)

Perbuatan Mahrus dalam kutipan di atas menunjukkan wataknya yang kasar, kejam, dan tanpa perikemanusiaan.

Contoh :
Pulang sekolah tanpa mengetuk pintu, Tono langsung masuk rumah dan dibantingnya pintu rumahnya dengan keras. Ibunya yang sedang berada di dapur sampai terkejut. Begitu masuk, Tono langsung menuju meja makan, segera dibukanya tudung saji. Ketika dilihatnya lauknya itu-itu saja, dibantingnya tudung saji sampai gelas yang yang ada di meja makan jatuh dan hancur berkeping-keping. Dengan muka masam ia menuju ke kamarnya. Ditendangnya pintu kamarnya samapi terbuka, lalu masuk. Dibantingnya pintu itu untuk menutup. Kemudian ia membantingkan badannya di tempat tidur tanpa mencopot sepatu. Tangannya meraih tape recorder, lalu dia menyetel lagu-lagu rock dengan volume maksimal.

c.       Penggambaran Tempat Tinggal Atau Lingkungan Tokoh
Contoh :
Kawer sedang tiduran di kamarnya yang luas. Ukurannya tak kurang dari 4 X 4 m. Ranjangnya yang berukuran no. 1 terlihat acak-acakan. Spreinya sangat kusut. Diatas tempat tidurnya tedapat buku-buku berserakan yang bercampur dengan baju seragam yang baru dilepasnya. Sepatunya terlihat di ranjang tapi hanya yang sebelah kanan, sedangkan sepatu yang sebelah kiri terlihat di sudut kamar di belakang pintu. Di belakang pintu kamar itu terlihat terdapat kapstok yang dipenuhi pakain kotor. Di lantai kamar terlihat berpasang-pasang kaos kaki dan pakaian yang entah sudah berapa hari tidak dicuci. Televisi dikamar Kawer juga tertutupi debu yang tebal. Di situ Kawer telentang dengan kaos kaki yang masih melekat di kakinya.

Contoh :
Sebenarnya, selesai shalat Subuh, Eliana langsung ingin jalan. Tapi, Bu Nafisah menahan, “Ibu tidak ridha kalau pergi sebelum mandi di rumah ini dan belum sarapan di sini.” Akhirnya Eliana mengalah. Ia akhirnya terpaksa mandi sarapan di rumah Azzam. Eliana ganti pakaian di kamar Husna. Kamar sederhana. Tapi rapi, bersih menebar rasa cinta siapa saja yang masuk di dalamnya. Meskipun sederhana, tapi kamar itu membuat betah siapa saja yang memasukinya. Demikian juga Eliana. (Habiburrahman; KCB episode 2 hlm 152)

Dengan memahami penggambaran kamar Husna, kita bisa mengetahui bagaimana watak Husna yang suka pada kebersihan keindahan, dan kesederhanaan. Perhatikan kalimat kamar itu membuat betah siapa saja yang memasukinya.

d.      Penggambaran Jalan Pikiran Tokoh
Contoh :
“Menurut Mbak Eliana, kenapa ada Negara yang lebih maju dari Negara lain. Dan ada Negara yang ketinggalan dari Negara lain.” Tanya Husna.
“Sejarah mencatat bahwa prestasi-prestasi besar dilahirkan oleh mereka yang hamper tidak punya waktu untuk istirahat. Mereka yang bekerja keras dengan pikiran cerdas. Kenapa ada Negara lebih maju dari Negara lain, dan ada Negara yang ketinggalan dari Negara lain? Jawabannya menurutku sederhana saja. Suatu Negara lebih maju dari negera lain karena Negara itu lebih hebat kerja kerasnya dari Negara lain. Dan jika suatu Negara ketinggalan jauh di belakang Negara lain, itu karena Negara itu sangat parah malasnya.”
“Jika bangsa kita masih dikategorikan bansa yang ketinggalan dari bangsa lain, menurutku yak arena mayoritas penduduk kita adalah pemalas. Lihatlah para pelajar yang malas-malasan. Pegawai negeri yang banyak malas-malasan. Aku pernah menjenguk seorang kerabat yang sakit di sebuah rumah sakit umum di kota S. Pelayanannya sangat buruk. Para perawat acuh tak acuh. Ketika pasien mengerang kesakitan, para perawat itu malah asyik menonton televise. Jika kita bandingkan dengan Jepang, misalnya, sangat jauh. Di Jepang tidak ada kursi di ruang perawat, apalagi televise. Dan perawat di sana itu malu kalau terlihat menganggur tidak melakukan apa-apa.”

Dalam cuplikan di atas kita bisa melihat bagaimana pikiran tokoh Eliana terhadap kemajuan suatu bangsa dan pandangannya terhadap Indonesia. Dia sangat menghargai kerja keras dan orang yang mau bekerja keras. Kita juga bisa menyimpulkan bahwa tokoh Eliana adalah seorang pekerja keras sesuai dengan pandangannya itu.

Contoh :
Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahku dalam Bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa aku anak Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda.

e.       Penggambaran Oleh Tokoh Lain
Contoh :
“Dina menatap wajah ibunya.” Ibuku memang cantik,”batinnya,” meski sudah lanjut usia, kecantikan ibu masih terlihat jelas di wajahnya. Aku sangat menyayangi wanita ini. Sikapnya yang tegas telah ikut membentuk karakterku. Kasih sayangnya padaku tak pernah habis. Perhatiannya padaku juga sangat luar biasa. Meski sejak usiaku 10 tahun ayah sudah meninggal, tapi ibuku samapi kini tak menikah lagi. Ibu sangat kuat dan tabah dalam menapaki hari-hari bersamaku, mendidikku, mengajariku, membimbingku sendirian. Aku ingin sekali bias sekuat dia,” Begitu pikir Dina.”

f.        Penggambaran Melalui Dialog Tokoh  
Contoh:
Rina   : “Sin, bagaimana sebenarnnya Lita ya ?
Sinta  : “Ya bagaimana lagi ! Dia itu memang judes sich !
              Tapi sebenarnya dia baik juga lho …..”
Rina   : “Ya emang. Kemarin aku juga diaajarin dia waktu aku kesulitan mengerjakan PR matematika.”
Sinta  : “Itulah, biar saja dia sekarang marah. Sebentar lagi juga dia akan baik. Dia itu nggak bakalan
       tahan kalau marah lama-lama. Lagian, kalau kamu nggak nyinggung dia duluan, dia juga ndak
       mungkin semarah itu.”
Rina   : “Aku emang salah. Tapi tadi aku sudah minta maaf. Cuma Lita emang marah banget, jadi pas

       aku minta maaf dia malah pergi.”

No comments:

Post a Comment