Ruang Sastra Untuk Pendidikan Indonesia

Sunday, 22 November 2015

Pengertian Puisi

PENDEKATAN PUISI
A.  Puisi
Puisi adalah salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat.
Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta wujud puisi tersebut. Bahasanya mengandung rima, irama, dan kiasan. Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang berlarik membentuk bait, letak tertata, dan tidak mementingkan ejaan. Mengenal puisi dapat juga membedakan wujudnya dengan membandingkan dari prosa.
 Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern. Berdasarkan cara pengungkapannya, dikenal adanya puisi kontemporer dan puisi konvensional.
B.  Pengertian Pendekatan Puisi
Menurut KBBI (2004) pendekatan adalah cara atau aktivitas yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang masalah yang diteliti. Pendekatan merupakan langkah pertama untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi dan prinsip yang berhubungan dengan sifat-sifat puisi. Pendekatan dalam mengapresiasi puisi terdiri dari pendekatan terhadap teks puisi serta pendekatan dalam membaca puisi.

Karya sastra termasuk puisi merupakan sarana komunikasi antara sastrawan dan pembacanya. Apa yang tertulis dalam puisi adalah apa yang ingin diungkapkan oleh penyair kepada pembacanya. Pendekatan merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam apresiasi puisi. Pendekatan kajian puisi secara garis besar dapat dilihat dari sudut pandang sastrawan, karya sastra, semesta dan pembaca.

C.  Macam-Macam Pendekatan Puisi
Macam-macam pendekatan dalam mengapresiasi puisi diantaranya adalah sebagai berikut:
Pendekatan Biografis
Pendekatan biografis adalah pendekatan tertua dalam apresiasi puisi. (Wellek dan Warren, 1962) Pendekatan biografis menekankan pada proses kreativitas karya sastra, dilihat dari sejarah penciptaannya. Penciptaan puisi tidak bisa dipisahkan dari karakteristik penyair dan lingkungan sosial kemasyarakatan pada masa penulisan puisi tersebut. Dalam pendekatan ini biasanya disertakan biografi penyair.

Dalam kaitannya dengan aktivitas kreatif dibedakan 3 macam penyair yaitu:
1)    Penyair yang menulis puisi berdasarkan pengalaman langsung
2)   Penyair yang menulis berdasarkan penyusunan kembali unsur-unsur penceritaan
3)   Penyair yang menulis puisi berdasarkan imajinasi
Contoh apresiasi puisi dengan pendekatan biografis adalah analisis puisi “Persetujuan Dengan Bung Karno” karya Chairil Anwar yang ditulis pada tahun 1948.
Persetujuan Dengan Bung Karno
Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengar bicaramu,
dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu
dari mulai tgl.17 Agustus 1945
aku melangkah ke depan  berada rapat disisimu
aku sekarang api, aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak &
 berlabuh
                                                    1984

Dilihat secara biografis puisi tersebut diciptakan oleh Chairil Anwar ketika karya-karyanya digeser oleh kubu komunis atau sastra Lekra yang berusaha menggulingkan pandangan estetik puisi yang dipelopori Chairil Anwar pada periode ’45. Chairil Anwar yang ketika itu berusia 25 tahun dimana jiwa patriotismenya sedang menggebu-gebu mendukung Presiden Soekarno yang berusaha  mengatasi polemik politik antara PKI dan pemerintah. Para seniman termasuk Chairil Anwar yang mencintai akan sarat kebebasan dalam menumpahkan segala ekspresinya tertulis dalam setiap puisi ciptaannya.

Chairil Anwar lahir di Medan pada tahun 1922 dan hijrah menetap di Jakarta. Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau , berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh ,Limapuluh Kota.

Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang menganalisis dari sisi penyair dalam masyarakat (hubungan manusia dengan manusia) baik secara langsung maupun tidak langsung (Keluarga, masyarakat). Pendekatan sosiologis menyoroti tentang berbagai aspek sosial dari karya sastra tersebut.
PENGUNGSI
Oleh : Nasjah

Jalan, jalan. .! Berapa puluh hari sudah
kau jalan Nak Sri? Hujan panas silih berganti!
Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang
dari desa ke desa, di sawah dan bukit tinggi

“Bu. . . Bu! Kaki Sri sakit, bengkak. Ah, sakit!
”Air mata memercik mata yang bening bersih
,Ibu senyum getir, bapa kuat mendukung…
“Diam Sri, diam! Kita pergi menuju Bung Karno.

.Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam
sudah menghentak-hentak di sana. Orang-orang lemah
dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas
;kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!

Orang-orang yang tak tahan diludah-ludah hina
menyingkir membawa pakaian lekat di badan
tinggal rumah, halaman dan segala yang dicintai.
Kaki hancur bengkak, ditongkat terbata-bata
,perih sengsara ikut melekat sepanjang jalan
:“Diam Sri,diam! Kita pergi menuju Bung Karno….!

”Sepanjang siang malam terlunta-lunta
Di terik bakaran panas, kuyup direndam hujan
,iringan kafilah ini mengalir terus, sebagai 
jemaah menuju Tanah Suci, melepas jeritan
 jiwa yang diperkosa, dan isak-isak sedu sedan,mendongak
 rindu hawa yang merdeka dan adil!


Aspek sosial dari puisi tersebut dapat ditangkap dari makna keseluruhan yaitu adanya kesenjangan sosial dan stratifikasi kelas sosial kaum lemah dan kaum penguasa. Kaum lemah tertindas di negerinya sendiri bersusah payah mencari keadilan kepada sang pemimpin. Hal ini tampak pada bait 1 dan 2 dengan penggunaan kata” Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang” dan
“Kita pergi menuju Bung Karno.”

Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis menekankan pada karya sastra sebagai salah satu gejala kejiwaan. Karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas penyair yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan seperti obsesi, kontemplasi, kompensasi, sublimasi dan neurosis. Pelopor analisis dengan pendekatan psikologis adalah Sigmund Freud (1856-1939).
Berikut ini contoh analisis psikologis dari puisi “Doa” karya Chairil Anwar.
Doa
   Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Dalam puisi di atas, terkandung nilai-nilai religi si penyair. Melalui puisi doa Chairil Anwar menyampaiakan kondisi mentalnya yang merasa sebagai manusia yang penuh dosa dengan lirik “Tuhanku, Aku hilang bentuk, Remuk”.

Bahwa penyair selaku manusia biasa banyak melakukan kesalahan, sehingga ia menyadari bahwa hanya kepada Tuhanlah tempat ia kembali, hanya Tuhanlah yang menjadi tempat mengadu dan meminta pertolongan dalam keadaan susah dan senang.

Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis terhadap karya sastra dikemukakan pada tahun 1977 dalam kongres “Folklore and Literary Antropology” di Calcutta. Pendekatan antropologi adalah pendekatan yang menekankan pada aspek antropologi (asal-usul, adat dan kepercayaan) dari sebuah karya sastra.
Contoh pendekatan antropologis dalam puisi adalah sebagai berikut:

Tuhan Telah Menegurmu

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran
lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung kencang
hujan banjir yang melintang pukang

adakah kau dengar?

                                  (Apip Mustopa)

Pada puisi di atas, penyair menciptakannya dari sistem religi atau keagamaan. Puisi tersebut berdasarkan kenyataan dari sisi keagamaan bahwa Tuhan telah memberikan peringatan kepada manusia melalui berbagai bencana alam dan bencana sosilal kemasyarakatan. Seperti yang banyak disebutkan dalam kitab-kitab suci keagamaan, bahwa Tuhan memberikan peringatan kepada manusia yang lupa akan Tuhannya, dan teguran itu datang secara bertahap mulai dari sekedar peringatan sampai azab yang menimpa umat manusia.

Dari lirik puisi di atas terdapat kata-kata “Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan” dan “Tuhan Telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran”, yang berarti manusia masih diberi kesempatan untuk bertaubat dan mematuhi perintah Tuhannya melaui ibadah “lewat semayup suara adzan”.

Dalam puisi tersebut juga disampaikan secara naratif bahwa teguran dari Tuhan dapat berupa anak-anak yang kelaparan, banjir, angin kencang dan gempa bumi.

Pendekatan Historis
Pendekatan historis menelusuri arti dan makna bahasa sebagaimana yang ditulis penyair dalam puisinya, bagaimana hubungan puisi tersebut dengan puisi lain dan relevansinya sebagai dokumen sosial (Junus,1986). Dengan demikian puisi dianggap mewakili zamannya (refleksi).

Contoh pendekatan historis dalam puisi adalah sebagai berikut:

12 MEI 1998
Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata
          tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu sedan,
Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu beribu menderu-deru
Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
          Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu
Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan diseluruh negeri, karena kalian berani mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri.
…………………………………………………
…………………………………………………
                                                              Taufiq Ismail

Puisi di atas merupakan cerminan dari Tragedi Trisakti pada masa itu, yang dapat direkam dan disajikan dengan baik oleh Taufiq Ismail. Penyair muda Taufiq Ismail sering melakukan protes-protes sosial terhadap pemeritah pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Salah satu bentuk protes dan rasa solidaritas terhadap tewasnya mahasiswa Trisakti dalam demonstrasi pada saat itu adalah pada puisi 12 MEI 1989 di atas. Selain itu ada juga puisi BENTENG dan TIRANI berupa protes terhadap kepemimpinan otoriter penguasa saat itu.


Pendekatan Mitopoik
Pendekatan mitopoik merupakan pendekatan yang menekankan imaji (myth = khayal/imaji) sederhana dalam menyusun sebuah puisi. Bahkan dalam pengertian modern mitos adalah struktur cerita dari puisi itu sendiri. Karya sastra jelas bukan mitos, tetapi sebagai bentuk estetis karya sastra adalah manifestasi mitos itu sendiri. Menurut Plato, plot identik dengan mitos (Nyoman Khuta R, 2004: 67).

Contoh pendekatan mitopoik pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar.

Senja di Pelabuhan Kecil
              Buat Sri Ayati


Ini kota tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
                       
                                           Chairil Anwar, 1946

Pada puisi di atas tampak bahwa si penyair menceritakan kesedihannya karena memendam cinta. Puisi ini ditulis Chairil Anwar ketika ia menjadi penyiar radio Jepang dan jatuh cinta pada Sri Ayati, tetapi ia tak hendak mengungkapkannya. Melalui puisi ini Chairil Anwar menggambarkan perasaan cintanya kepada Sri yang terselubung kabut kesedihan karena cinta itu tak hendak ia ungkapkan. Hal ini tampak pada lirik “Ini kota tidak ada yang mencari cinta” dan “Kapal perahu tiada berlaut”.

Plot atau alur penceritaan puisi tersebut digambarkan dengan senja di sebuah pelabuhan kecil dimana suasana pelabuhan tersebut seakan-akan sangat suram dan menyedihkan. Sedangkan dari segi makna pelabuhan kecil yang dimaksud oleh penyair bukanlah pelabuhan yang dilihat olehnya, tetapi bahwa pelabuhan adalah dirinya yang tak punya tempat untuk menambatkan cinta. Mitos dalam arti keyakinan atau kepercayaan dalam puisi tersebut adalah cinta tak harus dimiliki, sebagaimana yang berlaku sejak karya-karya sastra terdahulu seperti Romeo-Juliet karya Shakespeares.

Pendekatan  Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menekankan pada ekspresi perasaan atau temperamen, pikiran dan diri penulis. Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams. Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada penyair. Dalam hal ini puisi yang diciptakan dianggap sebagai gambaran pribadi penulis. (Wahyudi, 2002: 181)

Informasi tentang penulis/penyair memiliki peranan yanng sangat penting dalam kegiatan kajian atau apresiasi puisi. Ini  dikarenakan puisi pada hakikatnya adalah tuangan pengalaman penulis. (Teeuw, 1984)

Pendekatan ekspresif tersebut mengenai batin atau perasaan seseorang yang kemudian di ekspresikan dan dituangkan kedalam bentuk karya dan tulisan hingga membentuk sebuah karya sastra yang bernilai rasa tersendiri, dan menurut isi kandungan yang ingin disampaikan oleh pengarang (berupa karya seni).

Pendekatan ekspresif dalam puisi “Doa” karya Chairil Anwar berikut ini:
Doa
   Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling


Dari puisi di atas, di dapatkan gambaran bahwa si penyair adalah orang yang religius, ingat kepada Tuhannya walaupun keadaannya susah. Hal ini tampak pada lirik “Dalam termangu aku masih menyebut namaMu” dan “Walau susah sungguh, mengingat Kau penuh seluruh”

 Ia juga menyadari bahwa dirinjya banyak melakukan dosa, dan ternyata hanya Tuhanlah tempat ia kembali dan memohon pertolongan. Hal ini dapat dilihat pada lirik:
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Si “aku” dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa penyair adalah orang yang menyadari bahwa ia sebagai manusia banyak melakukan kesalahan, tetapi ia masih bisa bertobat karena Tuhan Maha Pemaaf.

Pendekatan Mimesis
Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang menekankan antara hubungan puisi dengan alam semesta (Wahyudi, 2002: 180). Menurut Plato, dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah puisi tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan, dan puisi berusaha membangun dunianya sendiri (Nyoman Kutha R, 2004: 71).

Menurut Abrams (1981) pendekatan mimesis memandang karya sastra sebagai imitasi dari realitas.

Contoh pendekatan mimesis adalah pada puisi Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar.

Senja di Pelabuhan Kecil
              Buat Sri Ayati


Ini kota tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
                       
                                           Chairil Anwar, 1946

Untuk menganalisis puisi tersebut diperlukan 4 langkah untuk dapat menangkap gambaran mimesis, yaitu:
1)    Memahami kata-kata / ungkapan dalam puisi
Kata-kata yang digunakan pada puisi tersebut bernada muram, seperti kata senja, gerimis, gudang, rumah tua, laut kelam dan hilang ombak. Selain dari pemilihan katanya, kemuraman si penyair tampak pada penggunaan gaya bahasa yaitu dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap, yang memberikan gambaran yang jelas mengenai kedukaan penyair yang sangat dalam.
2)   Memparafrasekan puisi
Parafrase dilakukan untuk dapat memahami dan menangkap makna puisi secara lebih jelas. Puisi tersebut dapat diparafrasekan sebagai berikut:
Ini kota tidak ada seorang pun yang mencari cinta, baik di antara gudang, maupun rumah tua, serta cerita pada tiang dan temali. Bahkan kapal dan perahu tiada berlaut ketika menghembus diri dalam mempercaya serta mau berpaut.
Gerimis yang turun seakan mempercepat suasana kelam. Ada juga terdengar  kelepak elang yang semakin menyinggung muram, bagaikan desir hari lari berenang untuk menemu bujuk pangkal akanan. Semuanya seakan tidak bergerak dan kini, tanah, air seperti tidur, karena hilang dihempas ombak.
Dan kini semuanya tiada lagi. Aku masih dan selalu saja sendiri. Berjalan sendiri menyisir sepanjang semenanjung, dan aku masih merasa pengap dan penuh harap sekali tiba di ujung dan sekalian aku mengucapkan selamat jalan dari pantai keempat, sedu sedan tangisanku yang penghabisan untukmu bisa terdekap.
3)   Mengungkapkan makna
Makna yang dapat diungkapkan dari puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah kisah cinta si penyair terhadap Sri yang tidak bisa diungkapkan. Hati si penyair tidak lagi merasakan ceria, harapan dan rasa senang seperti perahu yang tidak mempunyai laut. Penyair kehilangan kepercayaan terhadap cinta. Melalui puisi tersebut penyair mengungkapkan kegagalan cintanya yang membuat hatinya muram dan berduka. Hal tersebut seolah-olah membuat penyair kehilangan segala-galanya. Cinta yang sungguh-sungguh dapat menyebabkan seseorang  menghayati arti kegagalan secara total.
4)   Kaitan puisi dengan semesta atau kenyataan
Puisi tersebut memiliki hubungan yang mendalam dengan kenyataan hidup penyair, karena puisi itu diciptakan dengan pengalaman pribadi penulis yang disajikan secara kreatif dengan menggunakan bahasa.

Pendekatan Pragmatis
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama pada peran pembaca. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung menilai puisi berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam puisi. Dua pembaca yang sama akan menerima pesan yang berbeda walaupun mereka dihadapkan pada puisi yang sama (Damono, 1983).

Pendekatan pragmatis dignnakan dalam puisi “Sebuah Lok Hitam” karya Hartono Andangdjaja sebagai berikut:
Sebuah Lok Hitam
              buat Sang Pemimpin

Sebuah lok hitam
Terlepas dari gerbong
Sendiri melancar dalam kelam
Ia menderam ia melolong

Ada lok hitam melancar sendirian
Kami yang melihatnya bertanya keheranan:
ke manakah lok berjalan
adakah setasiun penghabisan

Jauh di depan tak ada sinyal kelihatan
jauh di depan hanya malam terhampar di jalan
                                                    
                                                     Buku Puisi (1972)

Puisi ini menggambarkan rasa kecewa si penyair yang menilai sang pemimpin (sajak ini ditujukan pada pemimpin pada saat itu)  yang dianggapnya telah lepas dari rakyat yang dipimpinnya, dan penyair tidak melihat adanya secercah cahaya harapan di depan sang pemimpin. Sang pemimpin seperti lok kereta api yang lepas dari rangkaian gerbongnya dan meluncur sendirir dalam kelam.
Sebuah lok hitam
Terlepas dari gerbong
Sendiri melancar dalam kelam
Ia menderam ia melolong

Pada puisi di atas, jika diberikan kepada beberapa pembaca maka akan memperoleh pengertian yang berbeda. Lok hitam yang muncul pada pikiran pembaca akan berbeda dengan lok hitam yang ada di pikiran penyair. Ketika membaca puisi tersebut, memahami maknanya melalui pendekatan pragmatis diharapkan pembaca mendapatkan manfaat dari pesan yang disampaikan oleh penyair dalam puisinya.

 Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan  yang menekankan pada karya sastra (Abrams, 1981). Dengan demikian pendekatan ini hanya memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur intrinsik puisi. Langkah yang dilakuakan dalam pendekatan objektif adalah mencari unsur-unsur intrinsik puisi yang mampu menimbulkan nilai estetis.

Pendekatan objektif dapat digunakan pada puisi “PENERIMAAN” karya Chairil Anwar sebagai berikut:

     PENERIMAAN
Kalau kau mau
Kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau
bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari terbagi

Jangan tunduk!
Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau
kuterima kembali
untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin
aku enggan berbagi

Maret, 1943

Dengan menggunakan pendekatan objektif maka dapat dianalisis unsur-unsur intrinsik sebagai berikut:
1)    Tema
Tema yang diangkat penyair dalam puisi di atas adalah cinta. Si “Aku” dalam puisi Penerimaan digambarkan tetap memiliki rasa cinta kepada wanita yang pernah meninggalkannya demi pria lain, meskipun demikian “Aku” mau menerimanya kembali karena ada rasa cinta. Hal ini tampak pada kata-kata:
              Kalau kau mau
Kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Dan pada kata “Aku masih tetap sendiri” menggambarkan si Aku masih berharap pada si wanita.

2)   Perasaan
Puisi di atas menggambarkan luapan perasaan si penyair yang masih memiliki cinta pada seorang wanita.      Perasaan cinta itu tampak pada kata-kata “Kuterima kau kembali”, “Dengan sepenuh hati”.

Penyair adalah orang yang mencintai dengan tulus, mau menerima bagaimanapun keadaan wanita yang dicintainya itu, walapun wanita itu pernah menjadi milik orang lain. Hal tersebut tampak pada lirik “Kutahu kau bukan yang dulu lagi, bak kembang sari terbagi”. Tapi penyair juga menginginkan kesungguhan sang wanita, bahwa setelah menjadi miliknya sang wanita harus setia dan tidak berbagi hati, seperti tampak pada lirik “untukku sendiri tapi” dan “Sedang dengan cermin aku enggan berbagi”.

3)   Nada pada puisi di atas adalah lugas dan bercerita. Penyair bercerita pada pembaca bahwa ia bersedia menerima kembali wanita yng dicintainya dengan sepenuh hati, menerima segala kekurangannya.

Suasana yang timbul setelah membaca puisi “Penerimaan” adalah romantisme. Suasana romantisme cinta yang diusung puisi “Penerimaan” memunculkan rasa haru bahwa dengan cinta manusia memiliki kesempatan kedua untuk hidup bahagia, semua manusia berhak dicintai bagaimanapun kondisinya.

4)   Amanat
Amanat dari puisi di atas adalah bila kita mencintai seseorang maka kita harus menerima bagaimanapun kondisi orang tersebut, kekurangan dan kelebihannya, memaafkan kesalahannya.

Sedangkan bagi orang yang kembali diterima oleh kekasihnya, maka ia harus setia, tidak berbagi cinta pada orang lain.

Pendekatan Parafrasis
Pendekatan parafrasis adalah pendekatan yang dilakukan dengan  mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan penyair dalam bentuk baru yaitu menyisipkan kata atau kelompok kata dengan tujuan memperjelas makna puisi tersebut. Pendekatan ini bertujuan menguraikan kata yang padat dan menkonkretkan yang bermakna kias.

Contoh pendekatan parafrasis pada puisi “Prajurit Jaga Malam” karya Chairil Anwar berikut:
1)    Bentuk puisi
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang- bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

1948
Siasat,
Th III, No. 96

2)   Bentuk parafrase
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu terus berjalan. Aku tidak pernah tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda  yang bergerak lincah dan yang tua-tua keras, bermata tajam.Mimpinya untuk meraih kemerdekaan seperti sinar bintang- bintangnya yang memberi kepastian.

Mereka seperti ada di sisiku selama menjaga daerah yang  seolah-olah mati ini.Aku suka pada mereka yang memiliki sikap berani  menjalani hidup.Aku suka pada mereka yang berani masuk dan menemu menjadi penjaga malam.
Malam yang seolah-olah  berwangi mimpi, juga terlucut debu…… dan  waktu terus  berjalan. Aku tidak pernah tahu apa nasib waktu !

Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis adalah pendekatan yang berupaya menemukan nilai-nilai pendidikan yang tertuang dalam puisi. Agar dapat menemukan gagasan tersebut, pembaca dituntut memiliki kemampuan intelektual dan kepekaan.

Contoh pendekatan didaktis pada puisi  “Selagi Bisa” karya Wahyudi S berikut ini:
                                   SELAGI BISA
menangislah
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
sudah kehabisan air mata

makan minumlah selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
sejenak lupa akan  haus dan laparnya
oleh sekadar mencari anak
oleh sekadar mencari suami
oleh sekadar mencari istri
atau ibu bapak
itu pun kalau bisa

pandangilah setiap jengkal wajah sanak saudara kita
selagi bisa
sebab saudara kita di Aceh
hanya melihat mayat sanak saudaranya,
itu pun selagi bisa


Dari puisi di atas, nilai pendidikan yang dapat diambil adalah:
1)    Kita harus bersyukur dengan segala kesehatan dan kenyamanan hidup yang diberikan Tuhan, karena ada banyak orang lain yang diberi ujian dan musibah dengan bencana alam, kelaparan, ketakutan dan kehilangan.
2)   Kita harus berempati ikut merasakan duka yang dirasakan oleh saudara kita yang tertimpa musibah, khususnya di Aceh, dan kita bisa melakukan banyak hal untuk membantu mereka dengan berbagai cara.
3)   Kita harus bersyukur memiliki keluarga yang lengkap, orang-orang yang disayangi, karena banyak di sekitar kita yang kehilangan ibu, ayah, suami, istri, anak dan sanak saudara.

Penekatan Emotif
Pendekatan emotif adalah pendekatan berupaya mengajak emosi atau perasaan pembaca, berkaitan dengan keindahan penyajian bentuk atau isi gagasan. Yang ingin diketahui pembaca adalah bagaimana penyair menampilkan keindahan tersebut.

Contoh pendekatan emotif pada puisi “Sepisaupi” karya Sutardji Calzoum Bachri berikut ini:

 s e p i s a u p i

s e p i s a u                l u k a
s e p i s a u      d u r i
s e p i k u l                d o s a
s e p u k a u     s e p i
s e p i s a u                d u k a
s e r i s a u      d i r i
s e p i s a u                s e p i
s e p i s a u
n y a n y i

s e p i s a u p a
s e p i s a u p i
s e p i s a p a n y a
s e p i k a u  s e p i
s e p i s a u p a
s e p i s a u p i
s e p i k u l   s i r i
k e r a n j a n g
d u r i

s e p i s a u p a
s e p i s a u p i
s e p i s a u p a
s e p i s a u p i
s e p i s a u p a
s e p i s a u p i
s a m p a i
p i s a u N y a
k e d a l a m
n y a n y i

Nilai keindahan/estetis pada puisi tersebut ditampilkan dengan permainan kata yang memakai  vokal /i/, /u/, dan /a/ sehingga menimbulkan rasa gembira, riang, ringan dan tinggi. Dengan konsonan /s/ dan /p/ menimbulkan suasana yang kacau dan tidak teratur pada puisi tersebut. Perwujudan nilai keindahan juga muncul dari pengulangan-pengulangan kata sepisaupa dansepisaupi. Selain itu pemunculan nilai keindahan juga dilakukan dengan pengulangan afiks se- dan adanya penekanan pada sepisaupa dan sepisaupi.

Pendekatan Linguistik
Pendekatan linguistik adalah pendekatan yang menekankan pada penggunaan bahasa dan tata bahasa pada sebuah puisi.

Contoh pendekatan lenguistik adalah pada puisi berikut ini:

KAKEKKAKEK & BOCAHBOCAH
              /Sutardji Calzoum Bachri

kakekkakek
              tidur di pantai
dan bocahbocah main
              neylinap di ketiak mereka
              masuk di kelengkang mereka
                        menguak mimpi mereka
                        dalam pasir
                                  dan tertawa terkekehkekeh
dan kakekkakek
              bangun
                        menemukan diri
                                  tertawa
                               terkekehkekeh
angin datang
              menyibak pasir
              dan kakekkakek
                        menemukan
                                tulangbelulang sendiri
                                           di dalam pasir
                                           lalu menangis
                                  dan tidur kembali
                                dan bocahbocah tertawa
                                                     terkekehkekehkehkehkeh


Puisi di atas memiliki susunan kata yang bebas, tidak selalu mengikuti kaidah kebahasaan. Tata wajah puisi pun tidak terikat pada model  konvensional. Tampak dengan jelas dengan penyusunan kata dan tata wajah seperti di atas, akan sangat berbeda apabila disusun secara biasa. Misalnya kakekkakek akan memberikan rasa yang berbeda bila disusun menjadi kakek-kakek. Penyusunan puisi tersebut mampu memberi kesan baru pada rasa dan visual pembaca.



No comments:

Post a Comment